Selasa, 07 Desember 2010

Paradoks Schrödinger



Paradoks Schrödinger ini dimulai dari eksperimen angan-angannya Edwin Rudolf Josef Alexander Schrödinger (1887 – 1961) yang merupakan fisikawan asal Austria yang aktif menyumbangkan idenya dalam mekanika kuantum. Ia menemukan persamaan fungsi gelombang dan menolak adanya probabilitas dalam  peristiwa fisis, sebagaimana fungsi gelombang. Tentu di sini saya tidak membahas mengenai Schrödinger kecuali paradoks kucing yang dikemukakannya.


Schrödinger melakukan percobaan imajinasinya seperti ini: Seekor kucing(malang) dimasukkan ke dalam suatu kotak tertutup yang di dalamnya telah dipenuhi dengan berbagai kebutuhan kucing, kotaknya sangat nyaman kecuali dilengkapi oleh senjata pembunuh mematikan. Di dalam kotak diletakkan sampel radioaktif yang probabilitas peluruhannya 50% dan cebuah pencacah Geiger, jika sampel radioaktif melewati ambang, mesin akan menjatuhkan palu yang akan memecahkan botol gas beracun, yang sebaiknya demi kelancaran eksperimen cukup untuk mematikan kucing dalam kotak. Tentunya peluang botol racun pecah sama dengan probabilitas peluruhan radioaktif, 50:50. Nah, setelah beberapa jam kemudian, apakah kucing hidup atau mati? Tentunya kita hanya akan mengetahuinya jika kotaknya di buka, namun jika kotaknya masih tertutup, kita tidak akan tahu kucing itu masih hidup atau sudah mati. Jadi, apakah kucing berada dalam keadaan setengah hidup dan setengah mati? Keadaan ini disebut superposisi, tetapi, apakah mungkin kucing berada dalam keadaan superposisi seperti itu, karena ketika pintu dibuka kucing hanya akan hidup saja atau mati saja (jangan mengada-ada dengan keadaan sekarat, kita anggap sekarat itu masih hidup).

Kenyataan ini kelihatannya meruntuhkan hipotesis dari keadaan superposisi pada kucing, tapi kita hanya bisa meruntuhkan keadaan superposisi itu jika kotak telah terbuka dan kita melihat langsung keadaan kucing, jika tidak? Ya, kita boleh menganggap kucing itu antara hidup dan mati.

Pandangan lain yang muncul dari paradoks ini ialah many world interpretation (MWI), atau interpretasi semesta jamak. Many worl interpretation menyatakan terdapat banyak semesta kuantum yang eksis di jagat raya ini.  Semesta kuantum sendiri merupakan semesta yang memiliki ruang-waktu yang berbeda dari semesta kuantum lainnya. Jika kita berada dalam satu semesta kuantum (sebut A) dan sedang menunggu apa yang terjadi dengan si kucing, maka segera masa depan semesta A bercabang dua, yaitu B1 (yang mana di semesta B1 kucing hidup) dan B2 (kucing mati). Jika setelah kita membuka kotak kucing dan menemukan ternyata kucing hidup, maka bagi semesta A semesta B1-lah lanjutannya, sedangkan B2 runtuh. Sebaliknya jika setelah kotak dibuka ternyata kucing telah almarhum, berarti semesta B2-lah yang merupakan masa depan bagi semesta A, sedangkan B1 runtuh. Adapun pengamat lain di semesta A mendapati ternyata kucing hidup, mungkin saja pengamat di semesta lain, sebut A’, mendapati kucing mati. Jadi menurut MWI, semesta-semesta kuantum tempat peristiwa berlangsung menghadapi banyak kemungkinan masa depan, yang dapat digambarkan bercabang-cabang, dengan demikian dapat dibayangkan betapa banyaknya semesta kuantum yang eksis.

Nah, misalkan suatu peristiwa “ saya ingin minum kopi” di semesta ini, maka segera semesta membentuk cabang-cabang kuantum yang antaranya: saya tidak jadi minum kopi dan saya jadi minum kopi. Kemungkinan saya tidak jadi minum kopi bercabang lagi saya tidak jadi minum kopi karena kopi habis, karena ngantuk, karena ada tamu, dll. Di kemungkinan saya minum kopi pun bercabang lagi saya minum kopi tanpa gula dan susu, tanpa gula dengan susu, dengan gula tanpa susu, atau dengan gula dan susu.

Jadi, setelah membaca postingan ini, bagaimana pandangan Anda mengenai dunia?

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Perhatian! Semua tulisan pada blog ini merupakan karya intelektual admin baik dengan atau tanpa literatur, kecuali disebutkan lain. Admin berterima kasih jika ada yang bersedia menyebarkan tulisan-tulisan atau unggahan lain di blog ini dengan tetap mencantumkan sumber artikel. Pemuatan ulang di media online mohon untuk diberikan tautan/link sumber. Segala bentuk plagiasi merupakan pelanggaran hak cipta.