Suatu paradoks klasik, yang membuat
beberapa orang gerah karena takut untuk mencari kebenaran tuhan[1]. Sebagian orang
enggan berpikir mengenai eksistensi tuhan karena pemikiran umum bahwa tuhan
tidak patut untuk dipertanyakan, melainkan harus diterima begitu saja sesuai
ajaran agama. Menurut saya, tidak ada salahnya menjadikan tuhan sebagai objek
berpikir, selagi dalam batas kemampuan kita, dan keyakinan bahwa kesimpulan
kita bukanlah kebenaran universal melainkan suatu hipotesis yang sifatnya
pribadi/personal. Orang umumnya beranggapan bahwa mempertanyakan tuhan
merupakan makar dalam beragama. Jika Anda sepakat maka Anda tidak perlu
melanjutkan membaca tulisan ini, tetapi jika Anda tidak sepakat dan merasa
yakin mempertanyakan tuhan – sampai batas tertentu – justru dapat meningkatkan
kualitas keimanan Anda karena tidak hanya sekedar meyakini tuhan secara buta
tetapi juga karena Anda menyelaminya, silakan melanjutkan membaca.
Kita lanjut ke omnipotence paradox, omnipotence
berasal dari kata bahasa Latin yakni omne
yang berarti segalanya/semuanya dan potence
yang berarti kemampuan atau kuasa. Dalam Bahasa Indonesia, dan dalam pemilihan
makna yang sesuai jika kata itu melekat pada kata Tuhan, omnipotence setara dengan maha kuasa. Beginilah isi dari omnipotence paradox itu:
“Dapatkah Tuhan menciptakan suatu
benda yang begitu beratnya hingga Ia sendiri pun tak dapat mengangkat benda
itu?”
Analisis pertama mengenai jawaban
yang mungkin ialah jika jawabannya ya, berarti Tuhan tidak maha-kuasa karena Ia
tidak mampu mengangkat benda tadi, dan jika jawabannya tidak, berarti Tuhan
tidak maha-kuasa karena Ia tidak mampu menciptakan benda seperti yang dimaksud.
Bagi Anda yang memiliki pengetahuan fisika, saya akan menyesuaikan isi dari
paradoks tadi mengingat berat itu bergantung tidak hanya pada massa benda,
melainkan juga pada percepatan gravitasi yang ada. Ambillah revisi omnipotence paradox itu seperti berikut:
“Dapatkah Tuhan menciptakan dua
benda yang sedemikian masifnya hingga tak dapat memisahkan kedua benda itu?”
Bagaimana? Apa jawaban Anda?
Secara personal, saya akan
menyimpulkan bahwa Tuhan tidaklah maha-kuasa, karena memang apa pun jawaban
dari paradoks itu menyiratkan bahwa Tuhan tidak maha-kuasa. Mengapa saya
katakan demikian? Sebelumnya saya tuliskan sifat-sifat Tuhan yang sering kita
tuliskan dan katakan.
Maha-kuasa, maha-baik.
Maha-adil, maha-pengasih.
Apakah Anda setuju yang disebutkan
di atas merupakan sifat-sifat Tuhan? Apakah Anda merasa lumrah, tidak ada yang
salah dengan kedua pasangan kata itu? Saya pribadi menemukan pertentangan pada
kedua kata pada masing-masing pemerian di atas.
Maha-kuasa dan maha-baik, dapatkah
kedua sifat itu dipenuhi oleh satu objek? Saya pikir tidak, jika Tuhan itu
maha-kuasa, jelas ia tidak maha baik. Sebaliknya jika Ia maha-baik maka ia
tidak maha-kuasa. Penting untuk saya pertegas kembali definisi dari maha itu
ialah segalanya, tidak ada yang tidak, luar biasa, total, mutlak. Jika Anda
kurang setuju dengan definisi kata ‘maha’ dari saya, ada baiknya Anda
mempermaklumkan kesimpulan saya selanjutnya didasarkan dengan definisi di atas,
sehingga jika saya menggunakan definisi ‘maha’ yang berbeda bisa saja
kesimpulan saya atas paradoks ini juga berbeda.
Jika Tuhan maha-kuasa, maka ia
berkuasa atas segalanya – juga atas kejahatan dan kezaliman. Mengapa tidak?
Maha-kuasa berarti maha atas segalanya, mampu melakukan dan menciptakan kejahatan
karena Ia berkuasa dan dapat merealisasikannya[2]. Tapi
kemaha-kuasaan itu menjadikan ia tidak maha-baik. Sebaliknya jika Ia maha-baik,
itu menjadikan-Nya tidak kuasa atas segala ketidakbaikan.
Jika Tuhan maha-adil, berarti Ia
tidak maha-pengasih, karena keadilan tidak mengenal kasih dan kasih bukan
persoalan keadilan. Hal ini tentunya tidak asing dalam realita, karena biasanya
(tidak selalu memang) keadilan tidak dapat tegak setegak-tegaknya jika ada rasa
kasih yang mengikutinya. Begitu pula kasih cenderung membuat kita tidak mampu
bersikap adil. Tentunya ini tidak berarti tidak mungkin memunculkan adil dan
kasih secara bersamaan, tapi bagaimana pun rasa adil akan mengurangi rasa kasih
dan rasa kasih akan mengurangi rasa adil. Jadi dengan melekatnya kata maha di
sana, jelaslah maha-kasih tidak mungkin melekat, berpasangan dengan maha adil,
karena maha berarti mutlak. Tidak mungkin ada keadilan mutlak jika kasih yang
mutlak juga hadir di sana. Jika Tuhan maha kasih terhadap ciptaannya, maka
semua orang yang percaya dan menyembah maupun tidak kepada-Nya tentulah
diberikan kebahagiaan yang melimpah, tapi itu tidak adil, dan memang itu tidak
terjadi dalam kenyataan.
Kesimpulan saya, maha-baik dan maha-adil
merupakan subsifat dari tuhan, sebaliknya maha-kuasa[3] dan maha-kasih
bukanlah subsifat dari tuhan. Dengan kesimpulan saya yang menyatakan bahwa
tuhan tidak maha-kuasa, maka omnipotence
paradox terselesaikan dengan sendirinya.
[1] Tuhan sebagai
kata sifat ditulis dengan huruf awal biasa, tidak seperti Tuhan yang menuju ke
pribadi/zat-Nya ditulis dengan huruf awal kapital, bahkan keterangan nama yang
menyertainya juga diberi huruf awal kapital, seperti Tuhan Yang Maha Esa.
[2] Berdalih ‘sebenarnya
mampu’ tetapi tidak dapat merealisasikan saya anggap tidak berkuasa, dan ini
memang interpretasi secara universal. Seperti halnya kita biasa sebenarnya
mampu melakukan suatu hal, tapi dalam kondisi tertentu kita tidak kuasa
melakukannya. Kita dapat berdalih diluar kondisi itu kita bisa melakukannya,
tapi kondisi membuat sesuatu yang mampu menjadi tidak kuasa.
[3] Kuasa yang
berarti dapat
G punya tuhan lo
BalasHapusAllah tu maha sempurna..
kita aj yg gak bisa melogikakan itu semua..
klo lo gak percaya brarti lo g puxa iman..
dan ALLAH TAHU APA YG KITA TIDAK TAHU
jadi jangan SOTOY lo
Mohon maaf jika tulisan saya membuat Anda tersinggung atau kecewa.
BalasHapusJika tidak keberatan mohon perhatikan paragraf pertama artikel ini, dan bisakah Anda memberikan pemecahan paradoks ini versi Anda?
Walaupun sudah lama artikelnya, saya coba jawab ya.
HapusJawabannya, ya bisa. Tuhan sudah pasti bisa membuat batu yang sangat berat, yang membuat batu itu tidak bisa diangkatNya sendiri (dengan artian pada kekuatanNya saat ini).
Maka pada kesempatan pertama, wajar jika non-believer meragukan title maha kuasaNya.
Namun pada kesempatan kedua, dengan kondisi bahwa batu tersebut sudah dibuat.
StatusNya sebagai Tuhan, sudah pasti dapat mengembalikan energi yang terbuang dalam waktu singkat.
Lalu Tuhan meningkatkan kekuatanNya melebihi kekuatan yang lalu.
Jika kita saja dapat meningkatkan sendiri, maka tidak mustahil bagi Tuhan sang pencipta.
Kemudian dengan kekuatan baruNya itu, batu tersebut terangkat. Dan mengembalikan title maha kuasa ke diriNya.
Setelah kejadian pertama berlalu, muncul lagi non-believer yang mengajukan pertanyaan yang sama (dengan asumsi non-believer kedua ini tidak menyaksikan kejadian pertama), maka terulang kembalilah kejadian tersebut tentang hilang dan kembalinya title maha kuasa di mata ciptaanNya.
Again and again and again.
Menurut saya dengan adanya diskusi dan perdebatan antara believer dan non-believer dengan tingkat kecerdasan yang tinggi ini, sudah cukup membuktikan kemahakuasaanNya.
saya setuju dengan anda !
HapusMaaf saya kurang setuju, menurut saya Tuhan tidak dapat meningkatkan kekuasanNya karena Tuhan itu Maha Sempurna, Tuhan sudah sempurna, tidak dapat menjadi lebih atau tidak dapat menjadi kurang. Menurut saya, jika dipaksakan untuk menjawab paradox ini jawabannya adalah "Tidak", Tuhan tidak bisa menciptakan mahluk yang lebih berat darinya (mahluk bisa berarti batu atau apapun, saya memilih kata 'berat' karena dalam paradoks ini mamakai kata 'mengangkat'). Tuhan tidak bisa menciptakan sesuatu yang melebihiNya, kenapa? Karena tidak ada yang lebih dariNya. Logika sederhananya bisakah Tuhan menciptakan Tuhan lain yang lebih kuasa dariNya/yg tidak bisa diangkatNya? Sama saja dengan bisakah Tuhan berkuasa untuk tidak berkuasa? Tentu TIDAK, karena tidak ada yang lebih dari Tuhan itu sendiri. Itu pendapat saya, Maaf jika saya salah, masih perlu banyak belajar.
Hapus#CMIIW
Pendapat dari saudara Asrul Caramity sangat membantu saya dalam memahami kasus ini. Cukup mudah di terima logika.
HapusSemakin dijelaskan semakin gagal. Ada Tokoh agama berkata "berdoa dan minta la perlindunag kepada Tuhan maka kita akan selamat" lalu kenapa ada kejadian pesawat kecelakaan tidak satupun yg selamat apakah dari sekian banyak itu tidak ada yg berdoa?. Jika Tuhan Itu Maha Pengasih, ingat ada kata "Maha" dan "Pengasih", Maka seharusnya karena sifat Maha Pengasih itu, engga ada, kejadian kecelakaan, pemerkosaan anak, baby lahir cacat menderita, org tua sedih anak terlahir cacat, meskipun setiap hari berdoa masih terus di uji, seharusnya entitas Maha sekali lagi Maha Pengasih, bukankah tidak adil memperlakukan makhluk ciptaannya menderita di dunia seperti bahan percobaan dengan delih ujian.
HapusSaat umat bertanya dimana maha pengasih Tuhan, dimana Maha adil Tuhan. Tokoh agama kembali menjelaskan dengan nada Tinggi "anda Tidak percaya Tuhan, anda masuk neraka. Semua itu ada hikmahnya, kita manusia tidak mampu memahami kehendak tuhan, kita manusia tidak tahu apa yng menjadi keinginannya".
Lho sebelum-sebelumnya Tahu dan menjelaskan Tuhan Maha ini, Tuhan maha itu, maha, maha, maha, berdoalah, giliran dapat musibah dibilang ujian, dimana tu maha pengasih, adil, penyayang. Jika Maha Pengasih dan penyayang harusnya tidak memberi penderitaan dong kepada makhluknya.
Itulah kelemahan Tuhan Jika pahami secara Personal.
Tuhan Personal itu semakin dijelaskan semakin gagal.
Karena yg menjelaskan adalah manusia yg tidak tercerahkan.
Karena manusia yang tercerahkan tidak akan menjelaskan Tuhan kepada umat awam lain karena iya tahu iya akan gagal, karena umat awam itu belum tercerahkan.
Saya setuju bahwa Tuhan tidaklah mahakuasa seperti pemikiran manusia terhadap kata "mahakuasa". Kita terkadang melebih-lebihkan makna kata 'kemahakuasaan' yang kita terapkan untuk Tuhan, seperti makna yang ada di dalam artikel ini, yaitu maha atas segalanya.
BalasHapusSaya percaya bahwa Tuhan adalah Mahakuasa dan sangat Ajaib dengan kemahakuasaan dan keajaiban yang dibatasi oleh diriNya sendiri. Dapatkah Tuhan menciptakan segitiga datar yang bulat? Dapatkah Tuhan menciptakan orang yang sangat jahat sekaligus sangat baik? Dapatkah Tuhan menghancurkan diriNya sendiri dengan kekuatan yang Dia miliki? Tentu saja saya yakin hal-hal tersebut tidaklah dilakukan karena DiriNya sendiri tidak seperti itu, artinya kemahakuasaanNya dibatasi oleh diriNya sendiri.
Saya juga percaya bahwa diri Tuhan adalah tidak terpikirkan oleh manusia, artinya meskipun kemahakuasaanNya terbatas oleh diriNya sendiri, kita tidak dapat menyelami dengan sempurna tentang kemahakuasaanNya karena tidak satupun yang dapat memahami tuntas tentang Tuhan itu sendiri, artinya keterbatasan kuasa Tuhan yang dibatasi diriNya sendiri tetap saja tidak dipahami manusia sehingga kemahakuasaanNya tersebut ketika ditunjukkan kepada manusia selalu akan membuat kita takjub bukan kepalang, seperti jika kita mendalami bagian-bagian tubuh manusia, ternyata banyak sekali tersingkap hal-hal yang sangat ajaib yang jauh diluar kemampuan manusia, juga jika kita mulai memahami alam ini dari skala mikro (skala partikel elementer) sampai skala makro (skala super kluster alam semesta), selalu akan membuat kita takjub akan kemahakuasaanNya.
Tetapi dari 'keterbatasan' kemahakuasaanNya oleh diriNya sendiri itu, saya dengan yakin dapat menjawab bahwa Tuhan tidak bisa membuat batu yang sedemikian beratnya sehingga Dia tidak mampu mengangkatnya, karena hal itu akan bertentangan dengan diriNya sendiri.
Nah, apakah pemikiran saya ini menimbulkan paradoks juga? Saya harap dapat memberi solusi terhadap paradoks tersebut.
Anda tahu tak maha kuasa itu apa artinya???
HapusTerima kasih atas komentarnya. Komentar Anda benar-benar luar biasa. Saya kagum dengan komentar Pak Mariano meskipun mungkin pandangan kita tidak persis sama, tapi sejauh yang Anda katakan, saya sependapat.
BalasHapusKurang lebih seperti itulah yang dimaksudkan oleh omnipotence paradox, bahwa kemahakuasaan Tuhan tidaklah tak terbatas. Untuk membuktikan hal itu, tentulah kita harus menggunakan definisi mahakuasa menurut penafsiran umum. Dan paradoks ini membuktikan jika mahakuasa yang dimaksud ialah mahakuasa seperti itu, maka Tuhan tidaklah mahakuasa.
saya pengemar blog ini..setiap hari menyimak..perbanyak artikel2 ttg luar angkasa dan paradoks2 seperti ini ya mas..
BalasHapusthumbs up!
Anggun Firdaus
Terima kasih..
HapusKomentar seperti itulah yang membuat saya tetap semangat nulis..
^^
Paradoks klasik yang sangat menarik. Tuhan itu Mahakuasa. Kupikir ‘hampir’ semua orang pasti sepakat demikian (kecuali saya, atheis dan beberapa turunannya). Namun berbicara tentang kata ‘Mahakuasa’ memang terlalu banyak orang yang sepertinya sangat berlebihan menafsirkannya. Karena ini juga tidak singkat, jadi dari pada berpanjang lebar, kita langsung saja. Oke. Yang pertama jelas, Dia Mahakuasa atas segala ciptaan-Nya. Jika dibandingkan dengan semua ciptaan-Nya, maka Dialah yang Mahakuasa (konsep ketuhanan yang umum). Hal ini dikarenakan pada kuasa-kuasa yang dibandingkan disini, yang dimiliki makhluk jelas akan dianggap tidak ada apa-apanya dengan yang diyakini dimiliki-Nya (dengar-dengar kata orang sih, saya sendiri tidak terlalu yakin dia jago begitu). Yang kedua, Dia Mahakuasa* atas dirinya sendiri, dalam artian hanya dia sendiri lah yang tahu sampai dimana batas keMahakuasaan-Nya itu (karena sampai detik ini saya juga belum pernah bertanya langsung atau bertemu saat makan siang di Warung Hijau atau saat minum kopi di Jasmip). Paradoks ini memang “tidak akan” menemukan solusi jika tetap dipaksakan bahwa tuhan itu mahakuasa (dalam paradoks). Mengapa solusi atas paradoks ini menjadikan dia tidak mahakuasa, hal itu dikarenakan paradoks ini mulai memandangnya sebagai diri personal (sosok). Paradoks ini membawanya kedalam ranah jangkauan kita, mulai membatasi dia, dan mulai melekatkan sifat-sifat yang kita miliki pada dirinya. Dan jelas saja akan menjadi tidak mahakuasa, karena yang sejatinya memiliki sifat-sifat seperti yang akan dilekatkan padanya memang tidak mahakuasa (ciptaannya). Saya tidak meyatakan bahwa pertanyaan/paradoks ini tidak boleh ada. Pun jika ada orang yang akhirnya menjudge bahwa tuhan itu tidak mahakuasa karena tidak bisa dikenai sebuah pertanyaan sederhana 'kelihatannya', ya kembali konsep kedua Mahakuasanya tadi, kita tidak tahu sampai dimana batas kemahakuasaannya dan bahwasanya tuhan yang akhirnya menjadi tidak mahakuasa itu adalah yang sudah bermodel sosok pribadi atau personal oleh tersandarnya paradoks ini (konsep tuhannya berubah).
BalasHapusJika kita mencoba melekatkan sifat-sifat terbatas itu pada dirinya mungkin sejatinya akan seperti ini. Karena ‘katanya orang’ Dia itu pencipta alam semesta yang luar biasa ini (Kata orang juga begitu meski saya masih kurang percaya), Jelaslah bahwa Tuhan bisa menciptakan sebuah batu yang sungguh teramat sangat luar biasa besar sekali (jangan bayangkan besarnya batu ini karena kamu tidak akan pernah bisa membayangkannya, otak dan pikiran juga tidak bisa dan tidak akan pernah bisa serta tidak mampu dan tidak akan pernah mampu menjangkau dan menggambarkannya. Tapi jika sudah terlanjur, bayangkan masih ada yang lebih besar, lebih besar lagi, besar lagi, lagi, lagi dan seterusnya) dan seberapapun besarnya itu, Dia ‘akan tetap’ bisa mengangkatnya. Karena kata “tidak bisa mengangkatnya” mengandung unsur ketidakmahakuasaan dan hanya ada dikehidupan makhluknya yang tidak pernah dan tidak akan pernah ada pada-Nya karena memang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa serta tidak boleh karena memang tidak akan pernah boleh melekat atau dilekatkan pada Tuhan yang “tidak” digambarkan dalam bentuk sosok pribadi atau personal.
Teramat sangat terlalu panjang bro. Maumi diapa. Saya hanya mencoba sedikit membela yang “lemah”. Ahaha. Sorry. Yoko
Note:
Mahakuasa* menandakan keMahakuasaan yang tidak terjangkau oleh makhluk dimana hanya Dia sendiri yang tahu batasnya
Mantap Jaya bos!!
HapusSiapa sih yang lemah itu? ha..ha.. Yang jelas kita harus menginsyafi bahwa pandangan kita bukanlah kebenaran sejati. Ngomong-ngomong sebaiknya Anda buat blog juga..
jadi karena bung yoko koment saya juga koment .
BalasHapussetelah minum mix-max 3 botol, karaokean d himpunan sambil mengakses tololopedia, maka saya sebagai penganut aldyisme selalu menyimpulkannya dari beberapa sudut pandang pemikiran:
untuk omnipotence paradok
kesimpulan ujung yang saya dapat ketika memposisikan diri saya sebagai penganut empirisme (semua gejala2 yang dapat di indrai) adalah bahwa pengertian maha kuasa saya maksudkan sebagai paling kuasa. tidak ada kuasa yang melebihi Dia, untuk pikiran ciptaan, benar kata bung yoko dan om mariano bahwa Ia hanya terbatas pada diriNya dan hanya Dia yang tahu batasannya. mengenai konsep kuasanya yang tidak terbatas, q pikir itu hanya karena Dia tidak terpengaruh oleh waktu atau tidak di batasi waktu (kalau Dia yang menciptakan waktu). kesimpulan ini didapatkan melalui penyelarasan sifat-sifat yang bisa diindrai untuk mendekati Tuhan.
ketika memposisikan diri sebagai orang rasionalis, q pikir hampir sama dengan empiris hanya membandingkan gejalah2 sekitar untuk mendekati sifat-sifat Tuhan.
ketika memposisikan diri sebagai orang atheis saya menyimpulkan, bahwa pertanyaan ini tidak usah di jawab karena memang tuhan tidak ada.
ketika memposisikan diri sebagai orang agnostik saya menyimpulkan, Dia adalah kebenaran tertinggi dan kebenaran tertinggi tidak perlu di pertanyakan, cukup di taati. akal manusia tidak mampu memahami kebenaran tertinggi itu.
ketika memposisikan diri sebagai teman yoko yang ikut kelas filsafat ilmu maka saya menyimpukan konsep kepasrahan untuk pertanyaan paradoks ini.
ketika memposisikan diri sebagai penganut aldyisme dan melanggar perjanjian admin paradoks77 untuk berhenti merokok, saya menyimpulkan bahwa kayaknya filsafat sudah mati karena tidak mampu melampaui perkembangan ilmu Fisika ... mengenai hal yang non-materi cuma bisa dijelaskan oleh non-materi juga.
nanti lagi ah komentnya' sibuk tugas instrumen dulu.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus..................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!??????????????????????????????????????????????????????????????
Hapus1) Bisakah akal dan pikiran manusia menjangkau/mengukur Maha Kuasa-Nya? TIDAK
BalasHapus2) Bisakah akal dan pikiran manusia menjangkau/mengukur Maha Besar-Nya? TIDAK
3) Bisakah akal dan pikiran manusia menjangkau/mengukur Maha Adil-Nya? TIDAK
4) Bisakah akal dan pikiran manusia menjangkau/mengukur Maha Baik-Nya? TIDAK
5) Bisakah akal dan pikiran manusia menjangkau/mengukur Maha Pengasih-Nya? TIDAK
6) Bisakah akal dan pikiran manusia menjangkau/mengukur Maha Cerdas-Nya? TIDAK
Walaupun akal dan pikiran manusia itu sebesar Jagat Raya BERPANGKAT 1000 TRILYUN maka manusia masih SANGAT AMAT TIDAK MAMPU menjangkau/mengukur SIFAT ALLAH yang TAK TERHINGGA tersebut,
Hanya ALLAH yang mampu menjangkau sifat MAHA-NYA sendiri.
AstaghfirullahAlhasim......, SubhanAllah....... AllahuAkbar .....
Komentar ini terlalu menyamakan dan menyejajarkan tuhan layaknya karya cipta manusia yang keindahannya harus selalu dibuat-buat dan ditambah-tambah supaya selalu terlihat semakin sempurna. Tidak perlu dipamer-pamerkan seperti ini lah. Dia bukan sebuah karya yang sedang dipertunjukkan dipanggung pementasan. Tidak ada pengaruhnya untuk Dia. Semoga dia sendiri tidak dirasa diremehkan oleh komentar ini. Maksud saya kalau memang mau memamerkan sifatnya, ya disebutkan semuanya lah. jangan dipotong-potong yang setengahnya saja tidak sampai. apalagi harus membatasi dengan angka jagat raya berpangkat tidak jelas itu.
HapusBetul kita tidak akan mampu sampai ke sana, tapi mengapa kita tidak mencoba sebisanya dengan keterbatasan kita? Bagaimana pun kita tidak akan mampu menjangkau pusat galaksi, tetapi mengapa kita (khususnya kaum terpelajar) tetap berusaha untuk mencari tahu dan "menjangkau" pusat galaksi itu?
HapusYang penting adalah kita harus tetap menyadari kesimpulan kita dibuat dari segala keterbatasan yang kita miliki. Mudah-mudahan ini semakin memperkuat keimanan kita masing-masing.
Beda mas,secara tidak langsung anda menaganlogika Tuhan dengan galaksi. Galaksi itu masih ciptaan Tuhan, dan itu tidaklah mustahil untuk mempelajarinya,itu masih bisa di jangkau oleh akal manusia. Bukanlah hal yang gaib, tapi kalau Tuhan kita ingin pelajari, anda harus tau dulu, kita itu siapa? Kok dengan sombongnya ingin meruntuhkan ke Maha kuasaan Tuhan.
HapusBedanya umat islam dengan orang yang bertuhan tapi menuhan kan akal adalah keyakinan. Keyakinan itu tidak bisa di interverensi. Silahakan anda meragukan kekuasaan Tuhan, mungkin Tuhan kita beda.
Jika poin 1-6 itu jawabnnya tidak, tidak, tidak. Lalu mengapa menjelaskan "Tuhan Maha ini, maha itu, berdoalah, ini ujian Tuhan, ini cobaan Tuhan", dll.
HapusKatanya tidak bisa dijangkau? Tidak mampu di Pikirkan?
Tidak bisa di Ukur?
Lalu kok Tahu, "Tuhan maha kuasa, maha adil, maha pengasih, maha penyayang, dll, berdoalah kepada Tuhan untuk keselamatan".
Katanya tidak terjangkau, tidak terukur?
Lalu tahu dari mana Tuhan maha adil, pengasih, penyayang?
Jika memang tidak bisa diukur/jangkau pikiran, maka seharusnya tidak ada penjelasan Tuhan Maha kuasa, maha adil, berdoalah untuk keselamatan, dll nya itu.
Artikel bagus nih.
BalasHapusTapi kalo menurut aku sih kemahakuasaan dapat mempersatukan apapun termasuk permasalahan sifat dalam paradoks ini. Jadi maka-baik dan maha-kuasa tak terpisahkan dari sifat maha-kuasa itu sendiri.
Sebuah pertanyaan klasik ateis adalah "Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia Tidak Kuasa Mengangkatnya" Banyak orang menyangka pertanyaan ini hebat dan tidak akan bisa dijawab, padahal sebenarnya sangat gampang menjawabnya. Meskipun jika ditinjau dari ilmu mantiq (logika) pertanyaan seperti ini absurd (batal dengan sendirinya karena tidak memenuhi kriteria logis sebuah kalimat) tetapi jika dipaksakan juga jawabannya tetap ada, bahkan jauh lebih mudah dibanding jawaban filosofisnya. Nah seperti apa jawaban dari pertanyaan "Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia Tidak Kuasa Mengangkatnya" berikut ini penjelasannya,
BalasHapusPERTAMA: absudritas (ketidaklogisan) kalimat ini menjadi jelas ketika kita hilangkan beberapa kata hingga tersisa keterangan pokok kalimat tersebut:
Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia Tidak Kuasa Mengangkatnya? di singkat menjadi
Kuasakah Yuhan Tidak Kuasa?
Kalimat itu tidak memenuhi kriteria logis sebuah kalimat, karena kata "kuasa" berlawanan makna dengan kata "tidak kuasa". Kalimat kalimat seperti ini tidak terdapat dalam pembicaraan lazim manusia baik dalam kehidupan keseharian maupun dalam kajian ilmu pengetahuan. Karena selain absurd (tidaklogis), kalimat semacam itu juga tidak memiliki nilai / manfaat samasekali untuk mendapatkan informasi, artinya, dijawab atau tidak sama saja tidak memberikan tambahan informasi apapun.
Dalam ilmu kejiwaan biasanya kalimat seperti ini hanya muncul pada orang orang tertentu yang mengalami disfungsi otak terutama dalam hal konsistensi logika yang dimilikinya. Di dunia nyata, orang seperti ini dikenal sebagai "orang gila" atau "kurang waras"
Tidak mengherankan jika hampir semua opini ateistik yang menolak keberadaan Tuhan semacam ini seringkali disebut sebagai tindakan kurang akal atau tidak berakal, dalam kalimat quran disebut "laa ya'qiluun" (mereka tidak menggunakan akal nya)
KEDUA: pertanyaan "Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia Tidak Kuasa Mengangkatnya" bisa langsung dijawab sebagai berikut:
Tuhan Maha Kuasa Menciptakan Apapun
Manusia bisa menciptakan komputer yang tak bisa dikalahkannya (meski sebenarnya komputer itu tetap bisa dikalahkannya yaitu dengan mencopot sambungan listrik dan baterai nya). Kalau manusia saja bisa apalagi Tuhan?
Meskipun demikian jawaban jawaban tersebut hanya bersifat silat lidah dengan saling memutar balik kalimat dengan menyesuaikan alur logika yang disepakati dalam kalimat penanya. lebih dari itu tidak ada manfaatnya kecuali hanya untuk mematahkan pertanyaan itu sendiri.
Well, saya mengapresiasi penalaran saudara dan saya akui terdapat kebenaran dalam komentar Anda. Tetapi beberapa argumen Anda tidak didasarkan dengan pola pikir yang logis. Misalnya saudara mereduksi pernyataan:
Hapus"Kuasakah Tuhan Menciptakan Batu yang Dia Tidak Kuasa Mengangkatnya?"
menjadi
"Kuasakah Yuhan Tidak Kuasa?"
Kalimat pertama logis, dan kalimat kedua tidak logis karena Anda sendiri yang membuatnya menjadi tidak logis. Pola seperti kalimat pertama bisa Anda temui dalam kalimat:
"Mampukah kamu menyelesaikan sendiri masalah yang telah kau perbuat?"
atau
A: "Kuasakah Anda membuat sesuatu yang tak kuasa Anda makan?"
B: "Ya, saya bisa membuat tinja, tapi tak kuasa memakannya."
Yang kedua argumen Anda tentang
"Dalam ilmu kejiwaan biasanya kalimat seperti ini hanya muncul pada orang orang tertentu yang mengalami disfungsi otak terutama dalam hal konsistensi logika yang dimilikinya. Di dunia nyata, orang seperti ini dikenal sebagai "orang gila" atau "kurang waras""
Well, jikalau seperti ini artinya binatang atau manusia primitiflah yang paling waras, karena meraka tak punya rasa haus untuk berpikir dan menjungkirbalikkan logika mereka. Saya memilih menjadi orang gila.
Terakhir:
"Meskipun demikian jawaban jawaban tersebut hanya bersifat silat lidah dengan saling memutar balik kalimat dengan menyesuaikan alur logika yang disepakati dalam kalimat penanya. lebih dari itu tidak ada manfaatnya kecuali hanya untuk mematahkan pertanyaan itu sendiri."
Mungkin Anda betul, tapi cobalah perhatikan bahwa Anda juga ikut di dalamnya^^. Di sini tidak ada niat jahat untuk menghakimi atau membunuh karakter seseorang, baik Islam, Kristen, Hindu, Buddha, maupun Atheis. Tulisan ini murni sebagai santapan bagi otak-otak yang membutuhkan sesuatu untuk dilahap. Well, yang penting jangan dijadikan penyakit. Terima kasih atas sumbangan pendapatnya..
pndpt ku pribdi tak ada salahnya low qt mempelejari sesuatu yg sngat qt cntai (tuhan) menggunakan akal. Seperti pepatah lama tak knal maka tak sayang tak ketemu maka tak cinta hehe..
BalasHapusTanggpan aku ma tulisan ini bagus untk bahan pemikiran. Aku nambahin sdikit
Pada umum nya yg kita tau tuhan slalu yg di pandang mencipta hal hal yg baik saja dan terbesit dlm pikiran jika smua hal sipat buruk brasal dari setan, hyalan ku berkata andai sifat buruk di cipta setan ada dua pencipta dung jadinya? masa ada tuhan dua brrti gak maha lgi karna ada saingan musrik lah ak sbgai muslim karna percya ada pencipta lain selain tuhan ku.
Ini smua hanya jalan pikiran saja bkan untk membuktikan tuhan itu ada pa tidak ada. Dalam islam dinyatakan bahwa tuhan itu takan bsa terbayngkan bgai mana bentuk rupa. Smua itu cma bsa ketemu dengan yg namanya ke imanan. Tpi tak ada salahnya low kita berpikir bhkn tuhan pun menganjur kan dmikian karna dgn berfikir kecintaan qt pada tuhan bkn tdak mungkin malah makin mempertebal ke imanan qt.
Tulisan nya menarik dan ditggu tulisn berikt nya..
Terima kasih atas pendapatnya, komentar Anda sangat bijak..
HapusSaya sepakat dengan komentarnya, mudah-mudahan semakin banyak orang Indonesia yang berpikiran terbuka tetapi tetap punya pendirian seperti Anda..
sy hnya seorang anak kelas 2 sma, jdi maklum kalau dr pndpt sy dibawah ada yg keliru
BalasHapusJdi gini, pertama kita tahu bahwa Tuhan ialah zat yg imateri sedangkan apa yg diciptakannya ialah materi yg akan terikat oleh hukum-hukum yg mengikatnya... Sekarang mampukah Tuhan menciptakan batu yg ia sendiri tak mampu mengangkatnya.? Sy bilang mampu, ya saya bilang Dia mampu menciptakan itu, hanya saja apakah batu yg diciptakan tadi mampu menerima sifat ke maha beratan yg diberikan Tuhan untuknya.? Sebagai suatu materi yg memiliki keterbatasan, sy bilang tidak mampu..
Lalu, apakah batu td (yg merupakan materi) mampu memasuki dimensi imateri .?
Terima kasih atas komentarnya.
HapusHmmm, jawaban Anda cukup bagus, tetapi hanya melempar satu pertanyaan ke pertanyaan selanjutnya: "Bisakah Tuhan memberikan suatu sifat 'maha berat'(yang Anda sebut sifat 'imeteri' mungkin) pada suatu materi yang diciptakan-Nya?"
Kalau saya tetap pada kesimpulan "Tuhan tidak maha kuasa seperti maha kuasa yang kita pikirkan". Atau seperti kata Pak Mariano dan teman-teman yang lain, hanya Tuhan yang mengetahui sifatnya sendiri, jadi kita tidak perlu melekatkan sifat-sifat pemberian kita yang tak pantas bagi-Nya.
But it's nice try buddy.
Paradoks seperti ini telah ada semua penjelasannya dalam kitab karangan Imam Ghazali (Toko filasat Islam terbaik) di abad ke-5 Masehi. Judul kitab itu: At-Tahafut. klw mau dapatkan jawaban yg memuaskan silahkan di cari dan di baca kitab itu.
BalasHapusNote: Imam Ghazali menulis tdk kurang dr 300 buku dalam kurun waktu 17 tahun. atau dirata-ratakan setiap 19 hari dia menyelesaikan 1 buku. menunjukkan betapa Al Ghazali ini begitu Jeniusnya. Monggo di cari & baca bukunya.
kuasa tuhan tidak terbatas jika tuhan menciptakan sesuatu objek yang bahkan dia tidak bisa berkuasa atasnya maka ia menciptakan suatu object yang tidak terbatas dalam proses pembuatannya dong
BalasHapusArtikel anda bagus, mempertanyakan sesuatu sehingga berakhir secara paradoks, namun menurut saya semua adalah pemikiran manusia. walaupun boleh saja kita meng-analisa apa itu tuhan.
BalasHapusNamun menurut saya tuhan bukanlah sesuatu untuk dipertanyakan, bisa saya analogikan mempertanyakan tuhan sama saja mempertanyakan hati nurani. terima kasih
saya dukung anda untuk membuat artikel-artikel yang menarik untuk dibaca
Terima kasih atas sumbangan pemikirannya.
HapusWell, paradoks biasanya menunjukkan (1)kesalahan logika (dalam hal ini harus bisa ditunjukkan di mana letak kesalahan logika itu); (2)argumen yang kontraintuitif itulah yang benar; atau (3)masalah memang tidak memiliki pemecahan logis.
Saya tidak keberatan jika Anda menganggap bahwa Tuhan tidak perlu dipertanyakan, dan tak mungkin membantah Anda meskipun saya mempunyai anggapan lain. Pandangan seseorang tentang Tuhan adalah hak pribadi, boleh disampaikan, tapi jangan dipaksakan ke orang lain. Bukan begitu?
Tapi mengenai analogi Anda tentang hati nurani, pernah dengar kasus seseorang melakukan keputusan bodoh dan mengaku melakukannya karena mengikuti kata hatinya? Misal kasus ibu yang coba bunuh diri bersama anaknya karena himpitan ekonomi. Saya akan berkeras keputusan seperti itu tidak bakal datang dari hati nurani, tapi celakanya si ibu itu mengira itulah kata hati nuraninya. Karena apa yang kita pikir berasal dari hati nurani bisa saja bukan dari hati nurani, makanya perlu kita pertanyakan, diuji.
Ini pndapat author, saya pikir bukan masalah dia mau brpendapat bgitu.
BalasHapusNga perlu brdebat gak pnting.
Agama Itu Bukan Sesuatu Yang Harus Di Tekankan, Tetapi Sesuatu Yang Harus Di Pertahankan.
Yang Penting Dari Agama Itu Bukan Nama Tuhan Yang Di Sembah, Tapi Norma Yang Di Ajarkan.
Dimanakah tuhan berada ketika ia belum menciptakan apa apa?
BalasHapusBoleh saya bantu kasih clue..
HapusManusia itu punya keterbatasan kemampuan berpikir pada logika.. sedangkan tuhan tidak terikat pada logika manusia..
Kita ambil contoh udara
Seberapa besar ukuran udara ?
Seberapa berat udara dengan ukurannya menyelimuti dunia ?
Terus dimana sih udara itu? Disini ada disitu ada ?
Coba kita berpikir lg mampu ga sih kita Melihat seberapa cepat pergerakan rambat cahaya ?
Itu diluar kemapuan manusia, kita bisa menghitung kecepatan cahaya, tapi kita ga bisa liat kan kecepatan cahaya ?
Karena manusia terikat logika, waktu ,dll
Sedangkan tuhan tidak
pertanyaan : bisakah tuhan menciptakan batu yang dia sendiri tidak bisa mengangkatnya? kalo dia bisa, berarti Allah tidak maha kuasa..tapi kalo tidak bisa, ya bukan maha kasa juga namanya..
BalasHapustanggapan: Itu namanya pertanyaan yang kontradiktif…
Dan sifat Tuhan adalah tidak bisa berkontradiktif dengan dirinya sendiri….
Kenapa kontradiktif?
Karena :
Tuhan bisa menciptakan semua batu…
Tuhan bisa mengangkat semua batu…
Ini artinya
Pertanyaan “batu” itu pada dasarnya menanyakan apakah bisa, Allah melakukan A dan pada saat yang sama tidak melakukan A.
Yang tidak beres itu di formulasi pertanyaannya. Kamu tidak bisa menyuruh Allah sekalipun untuk melakukan A dan tidak melakukan A pada saat yang bersamaan. Itu absurd.
Bisakah kamu merokok dan pada saat yang sama tidak merokok?
Bisakah kamu melompat dan pada saat yang sama tidak melompat?
Bisakah kamu menangis tapi pada saat yang sama tidak menangis?
Pertanyaan “bisakah Allah membuat batu yang Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya” mempunyai asumsi bahwa “Allah itu maha kuasa sehingga Dia pasti bisa buat batu apa saja” dan “Allah itu maha kuasa sehingga batu apapun pasti Dia bisa angkat.” Dua kemahakuasaan Allah ini dipertentangkan secara kontradiktif. Di satu sisi Allah disuruh melakukan A, disisi lain Dia disuruh melakukan bukan A.
So, penekanan sekali lagi, “sifat” pertanyaan ini adalah
“Bisakah Allah melakukan A dan pada saat yang sama melakukan hal yang bukan A”
Kesalahan bukan pada jawaban…
Tapi karena pertanyaannya sendiri sudah salah…
Kecuali kalo ada yang punya Allah yang bisa berkontradiktif dengan dirinya sendiri…
Pertanyaan sejenis :
Dosa adalah hal2 yang menjauhkan kita dari Allah…
Allah bisa melakukan segalanya…
-> Bisakah Allah melakukan dosa??
pertanyaan ini menjadi kontradiktif, karena meminta Allah untuk menjauhi diriNya sendiri…
Di satu saat meminta Allah untuk “tidak bergerak” (agar bisa dijauhi), dan secara bersamaan untuk “bergerak” (agar bisa menjauhi)
Berhubung pertanyaannya sendiri sudah salah,
maka tidak ada jawaban dari pertanyaan yang salah itu….
pertanyaan diatas memberikan gambaran bahwa “kadangkala akal dan fikiran kita terjebak didalam suatu permasalahan yang sebenarnya bukan masalah..terlihat pada pertanyaan “yang bukan bukan pertanyaan” seperti diatas..hal ini membuktikan bahwa akal dan fikiran kita yang katanya paling sempurna ternyata masih memiliki kelemahan untuk memahami dan mendalami sebuah makna. dan semuany akhirnya membuktikan bahwa didunia ini terdapat “tanda-tanda kebesaran Allah”
Ya kan namanya paradox.
HapusSaya mau tau tanggapan agan Sunkar Eka Gautama mengenai jawaban diatas, tolong menurut agan gimana ?
HapusWell, saya sudah menganggapi argumen sejenis di bawah.
Hapusmenciptakan semua batu = A
mengangkat semua batu = A
Jadi, menciptakan = mengangkat?
Argumen selanjutnya berangkat dari deklarasi yang sudah keliru di awal.
Sunkar
HapusMaksudnya menciptakan = mengangkat maksudnya adalah sama2 MAMPU DILAKUKAN TUHAN. Yaitu tuhan mampu mengangkat dan mampu menciptakan. Maksudnya sama dlm arti sepadan. Sama2 sifat tuhan : mencipta + mengangkat.
Seperti pernyataan saya = kamu. Maksudnya saya dan kamu sama2 manusia.
Menurut saya Tuhan justru Maha Sempurna. Itu berarti dalam segala hal. Apa jika saya berpendapat seperti ini Paradox ini dapat terselesaikan? Bisa!! Alasannya Tuhan Maha Sempurna dan itu diluar pemikiran akal manusia yang tidak sempurna. Justru jika dengan akal sehat Paradox ini tidak selesai, artinya semakin terbukti kesempurnaan Tuhan. Karena kesempurnaan Tuhanlah akal kita yg tidak sempurna tak akan pernah menjangkaunya. Tentu salah jika mengibaratkan Tuhan seperti mahluk, karenanya Paradox ini tidak pernah selesai.
BalasHapusTrims atas komentarnya.
HapusKalau Anda berpendapat bahwa Tuhan bukan sesuatu yang logis, di luar akal sehat, tentunya Anda tak perlu repot-repot memikirkan paradoks yang berada dalam ranah logis ini.
Jika Anda mempercayai Tuhan itu gaib, ya cukup diimani saja..
menurut saya Tuhan tidak dapat meningkatkan kekuasanNya karena Tuhan itu Maha Sempurna, Tuhan sudah sempurna, tidak dapat menjadi lebih atau tidak dapat menjadi kurang. Menurut saya, jika dipaksakan untuk menjawab paradox ini jawabannya adalah "Tidak", Tuhan tidak bisa menciptakan mahluk yang lebih berat darinya (mahluk bisa berarti batu atau apapun, saya memilih kata 'berat' karena dalam paradoks ini mamakai kata 'mengangkat'). Tuhan tidak bisa menciptakan sesuatu yang melebihiNya, kenapa? Karena tidak ada yang lebih dariNya. Logika sederhananya bisakah Tuhan menciptakan Tuhan lain yang lebih kuasa dariNya/yg tidak bisa diangkatNya? Sama saja dengan bisakah Tuhan berkuasa untuk tidak berkuasa? Tentu TIDAK, karena tidak ada yang lebih dari Tuhan itu sendiri. Itu pendapat saya, Maaf jika saya salah, masih perlu banyak belajar.
Hapus#CMIIW
Tuhan udah mau nyiptain lo itu kurang baik apa gan..???
BalasHapusPercuma di ciptain kalo ntar di masukin ke neraka .
Hapuslogika sumbang kok dikomentari. nyusun premisnya udah salah, kesimpulannya tidak valid. Sebuah subyek maha kuasa tidak logis kalau tidak kuasa
BalasHapusSaya mengakui level logika Anda yang BERKOMENTAR "logika sumbang kok dikomentari" lalu menanggapi lebih lanjut.
HapusEksistensi ketakhinggaan absolut (bukan sekedar limit) sendiri sudah tak logis. Jadi paradoks ini menunjukkan secara logis bahwa kekuasaan Tuhan, betapa pun besarnya, pastilah berbatas. Atau Anda bisa mengambil kesimpulan lain bahwa Tuhan memang bukan sesuatu yang logis.
Saya sendiri merasa tergelitik pada orang-orang yang di satu waktu berkeras "Tuhan itu gaib, di luar logika" dan di lain waktu bersikukuh bahwa "Tuhan itu logis".
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAadmin blog ini dan jg komentator nya jago-jago hehe saya jdi malu untuk ikut, tp saya pengen ikut jga krena tertrik melihat pertanyaan ini. Ok langsung saja.
BalasHapus1+1=2
Bisa kah kita menjawab 1+1=1 dan 1+1=13, bisa saja tapi apakah jawaban itu btul ? Ya jwbn itu btol menurut logika kita msing2 bukan menurut ketentuannya.
Sama hal nya dengan pertanyaan, bisakah tuahan menciptakan batu yang dia sendri tidak bisa mngangkatnya ?
Kita mungkian bisa saja menjawab pertanyaan tersebut tp apkah jwbn kita sudah tentu benar menurut ketentuannya ?
Ada hal2 yg tidak bisa kita jwab dengan logika.
Kita bisa saja menglogikakan sesuatu, tp logika kita sudah dibatasi, sama halnya seperti karet ada saatnya dimana karet itu akan berhenti memelar karena kret tersebut sudh di batasi. semakin kita memaksa maka akan putus. Begitu jga dengan otak kita.
80% dari kandungan al quran 100% ilmiah 20% lg tidk msuk akal. 80% sudah bisa membuktikan bahwa 20% itu sudh tentu benar.
Mf kl jwbn saya agx ngaco mklum lg menuntut ilmu
Terima kasih untuk komentarnya. Sekedar menambahkan, logika tiap orang bisa berbeda, tapi tidak semuanya logis. Ada syarat dan sistematika berpikir logis.
HapusPostingan di atas adalah mengenai konsep Tuhan (umum), tidak bermaksud hingga ke agama secara khusus. Kalau di bawa ke ranah agama tertentu, tentu tiap orang akan membenarkan keyakinannya, dan saya menghargainya.
Paradoks terjadi karena dilekatkan, kalau tidak dilekatkan maka tidak terjadi paradoks. Terjadinya paradoks ini karena manusia mencoba memahami apa itu tuhan. pemahaman akan tuhan melalui sifat-sifatnya. Maka kemudian, terjadi pergeseran pemahaman dari im-personal menjadi personal.
BalasHapussaya pribadi meyakini tuhan sebagai im-personal (bukan personal) dengan pengertian sebagai berikut:
"ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak" (Udana 8)
untuk memberi nama pun, sepertinya tidak ada yang tepat.
ketika sesuatu yang mutlak dapat dijelaskan, maka hal tersebut sudah tidak mutlak lagi.
salam,
Semoga semua makhluk berbahagia
Ya, Tuhan impersonal sejatinya tidak mahakuasa juga.
HapusSalam,
Semoga demikian adanya...
Itu namanya pertanyaan yang kontradiktif...
BalasHapusDan sifat Tuhan adalah tidak bisa berkontradiktif dengan dirinya sendiri....
Kenapa kontradiktif?
Karena :
Tuhan bisa menciptakan semua batu...
Tuhan bisa mengangkat semua batu...
Ini artinya
Pertanyaan "batu" itu pada dasarnya menanyakan apakah bisa, Allah melakukan A dan pada saat yang sama tidak melakukan A.
Yang tidak beres itu di formulasi pertanyaannya. Kamu tidak bisa menyuruh Allah sekalipun untuk melakukan A dan tidak melakukan A pada saat yang bersamaan. Itu absurd.
Bisakah kamu merokok dan pada saat yang sama tidak merokok?
Bisakah kamu melompat dan pada saat yang sama tidak melompat?
Bisakah kamu menangis tapi pada saat yang sama tidak menangis?
Pertanyaan "bisakah Allah membuat batu yang Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya" mempunyai asumsi bahwa "Allah itu maha kuasa sehingga Dia pasti bisa buat batu apa saja" dan "Allah itu maha kuasa sehingga batu apapun pasti Dia bisa angkat." Dua kemahakuasaan Allah ini dipertentangkan secara kontradiktif. Di satu sisi Allah disuruh melakukan A, disisi lain Dia disuruh melakukan bukan A.
Copas* YA
Wow! Jadi menurut Anda "mengangkat" sama dengan "menciptakan"? Paradoks ini mempertanyakan "Bisakah Tuhan menciptakan batu yang tak dapat dia angkat", bukan "Bisakah Tuhan menciptakan batu yang tak dapat dia ciptakan" atau "Bisakah Tuhan mengangkat batu yang tak dapat dia angkat".
HapusSaya saja bisa kok membuat patung yang tidak bisa saya angkat sendiri, tidak mustahil. Hanya, semenjak saya tak bisa mengangkatnya sendiri, berarti saya tidak mahakuasa.
Tidak mustahilkah anda menciptakan patung yang tidak bisa anda angkat ,tanpa zat yang awalnya di ciptakan Tuhan ?
Hapus@Anonim: zat apa yang diciptakan oleh Tuhan?
HapusMenarik sekali pembahasanya kanda.. jadi pada tahap ini saya menyimak dulu.
BalasHapusTuhan itu berkehendak. Apapun yg Dia kehendaki bisa dilaksanakan saat itu juga dalam sekejab. Jika Dia berkehendak menciptakan sesuatu yg tidak bisa dia angkat maka saat itu juga Dia mampu menciptakannya, namun ketika Dia berkehendak sesuatu itu bisa Dia angkat kembali, maka dalam sekejab Dia mengangkatnya
BalasHapussederhananya kita harus mengakui terlebih dahulu bahwa kebenaran itu berasal dari tuhan, dan oleh sebab itu menjadikan tuhan sebagai kebenaran yang mutlak, untuk dapat memahami kebenaran maka dibutuhkan sebuah prinsip yang tidak dapat di ganggu gugat. salah satu prinsip kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat adalah non kontradiksi (a tidak sama dengan b), dalam suatu pernyataan tidak boleh terdapat pertentangan. karena kebenaran itu mengalir dan padu, tidak berbenturan dan menghancurkan yang lainnya. dari pernyataan tentang omnipotence paradox ini terdapat pernyataan yang bertentangan antar identitasnya. karena tanpa batas tidak sama dengan tanpa batas. tanpa batas hanya sama dengan tanpa batas pula (a=a). dengan demikian pernyataan diatas tidak dapat dinyatakan sebagai pernyataan yang benar
BalasHapusBagi saya yang beriman. Bahwa pernyataan tentang Tuhan tidak dapat mengunakan logika manusia jauh di bawah nalar manusia .
BalasHapusKalau menurut saya sih sifat kemahakuasa nya batal karena dia tidak bisa mengangkat batu.
BalasHapusJadi pertanyaan itu batal karena di batalkan oleh pertanyaan itu sendiri, dia maha kuasa tapi kok nggak kuasa mengangkat ciptaanya sendiri. . .
Kan anehnya di situ. . .
Apakah Tuhan beli materi untuk memciptakan materi lain
Atau dia menggunakan dzatnya sendiri untuk penciptakan yang lain.
Jadi kalau dari situ batu itu apa
Hahaha . . .
Hihihi lanjutkan posting nya kan
Kereeen bener
manusia adalah makhluk paling sempurna, tapi kok bisa mati atau sakit, berarti Tuhan bohong, padahal Tuhan Maha Benar. ini adl contoh paradoks klasik sderhana yg lain.intinya, biar logika kita tembus sampe langit ke 7 dan lebih luas dr bumi dan langit, kita tetep gak bisa kenal/tahu Tuhan klo cm memahami secara logila. Pahami Tuhan secara rasional (dgn akal/otak)dan irrasional (dgn hati yaitu keyakinan dan ketulusan menjadi makhluk ciptaanNya.
BalasHapuswarning !!
- Memahami Tuhan dgn logika saja nanti ujungnya bs jadi atheis
- Memahami Tuhan dgn hati tanpa logika ujungnya bs jadi musyrik
Terima kasih atas komentarnya. Betul, paradoks di atas; sebagaimana sebagian besar isi blog ini; adalah tinjauan logis/rasional rasional. Tentu, bagi yang ingin meninjau dari aspek keimanan/spiritual tidak perlu kecewa. Ada jauh lebih banyak sumber/situs berbahasa Indonesia yang membahas aspek itu.
BalasHapusparadox ini adalah paradox yang basa digunakan atheis untuk beradu debat dengan orang yang percaya tuhan dengan tujuan membuat bingung dan membelokan keyakinan orang tersebut
BalasHapusparadox ini jawabannya tidak akan bisa ditemukan di dalam logika kita, karena tuhan sendiri ada diluar jangkauan logika kita.
sangat setuju
HapusMenurut saya, bisa saja.. Dengan tuhan membuat mahluk yang lebih kuat darinya, lalu mengangkat batu tersebut
BalasHapusTuhan kan maha kuasa atas segalanya ni ya, menurut saya, jawaban atas paradox ini simple aja. Ya, Tuhan dapat menciptakan benda yang sangat berat dan ia dapat mengangkatnya, sebab ia maha kuasa atas segalanya, artinya kan dia bisa ngelakuin apa aja.
BalasHapusMenurut saya, jika tuhan maha kuasa, maka pertanyaan "Dapatkah Tuhan menciptakan suatu benda yang begitu beratnya hingga Ia sendiri pun tak dapat mengangkat benda itu?" Harusnya ngga ada dong ya? :/ sebab ia mahakuasa
Berarti jawabannya tidak ya?
HapusCoba jawab ya gan...tp lom yakin juga
HapusMenciptakan benda berat = mampu
Mampu Mengangkat ato tidak mampu mengangkat = mampu
Tp mampu ga akal dan rasa kita menyatakan mampu
saya gak mau jawab ya atau tidak... karna saya yakin anda memiliki otak yang anda banggakan tersebut dengan ilmu sampai-sampai anda berfikir demikian...
BalasHapusnamun sebesar apakah otak anda? apakah segala sesuatu di dunia ini mampu di olah oleh otak manusia yang ukurannya tak lebih besar dari sebuah bola basket..? itu berarti ada batas yang tak mampu di capai oleh otak manusia, walaupun telah menggunakan berjuta-juta pengetahuan yang didapatkannya.
dan hal itu berarti ada suatu hal yang memang manusia tak harus tahu, dan manusia hanya bisa memberikan sebuah gambaran atau hipotesis/dugaan atas sesuatu yang terjadi dengan menggunakan logika yang masuk akal. namun apa yang anda banggakan dari logika jika mengatas namakan tuhan..? KESALAHN TERBESAR...
Batasan kemampuan otak orang berbeda-beda kan ya, tidak perlu diseragamkan. Saya sendiri menghargai orang yang berkeyakinan bahwa dirinya tak bisa/boleh dan tak bakal tahu perkara X, Y, Z dan semacamnya. Tapi saya enek melihat orang yang berpandangan "karena saya tidak tahu, bagaimanapun kamu juga pasti tidak tahu."
HapusMengatasnamakan Tuhan? Paradoks ini membahas Tuhan dalam ranah logis, tapi tidak berbicara atas nama Tuhan. Mungkin Anda salah sasaran. Silakan diteliti lagi, pihak mana yang senang berteori dan berbicara atas nama Tuhan? "Meminjam" mulut Tuhan lalu mengecap orang lain begini-begitu?
Bung THE DARKNESS,
HapusIntinya, Tuhan itu ada dua:
Pertama, Tuhan yang tidak bernama dan tidak disembah oleh manusia yang menciptakan semua segala hal dimuka bumi ini. Semua hal yang tidak kita ketahui tentang Tuhan.
Dan yang terakhir, Tuhan yang dibuat oleh kaum Fanatik pengikut ajaran yang dibangga-banggakan. Dan Arti Tuhan yang sudah dimelencengkan oleh penganutnya.
So, jika anda berbicara seakan-akan anda mengenal Tuhan itu lebih dekat. Tapi, sebenarnya hanyalah kefanatikan anda yang menyebabkan anda sendiri seakan-akan orang yang melewati kehendak Tuhan itu sendiri.
Saya juga yakin, banyak orang yang mengaku beragama akhlaknya tidak kalah sama dengan orang jahat. Tapi, tidak perlu diselaraskan dan disamakan antar individu.
Tuhan sudah Maha, tidaklah bagi-Nya meminta dilindungi oleh penganutnya.
Menurut saya setelah memikirkannya. Allah itu maha bener ialah yang menciptakan segalanya dan Allah ga pernah salah ga pernah sedikitpun allah salah dalam segala hal.. jadi menurut saya Tuhan akan selalu maha apapun. Terima kasih hehe
BalasHapusAda kalimat "saya berbohong", kalau kalimat itu benar saya berarti jujur, kalau saya jujur artinya saya pembohong dan artinya saya bukan orang jujur. Kalau salah berarti saya bohong, kalau saya bohong, berarti saya jujur.
BalasHapusSebenarnya pertanyaan apakah tuhan mampu membuat sebuah batu yang ia sendiri tak sanggup menggangkatnya memiliki arti yang sama dengan apakah Tuhan punya kuasa untuk tidak menjadi maha kuasa. Jawabannya adalah mustahil. Mengapa mustahil? Karena apakah sesuatu yang memiliki kemahakuasaan mau melepaskan kemahakuasaannya hanya karena sebuah batu. Peetanyaan ini sama saja dengan "kalau budi hamil, anaknya nanti perempuan atau laki2" jawabanya adalah pertanyaan ini salah karena pria tidak mungkin hamil dan Tuhan tidak mungkin menjadi tidak mahakuasa karena jika tuhan tidak mahakuasa maka Ia bukanlah Tuhan. Semoga jawaban ini membantu
BalasHapusDiriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Sesungguhnya syaithan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu berkata, 'Siapakah yang telah menciptakan ini? Siapakah yang telah menciptakan itu?' Hingga syaithan berkata kepadanya: 'Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?' Jika sudah sampai demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dengan mengucapkan isti'adzah dan berhenti." (HR Bukhari [3276] dan Muslim [134]).
BalasHapusMemang siapa kah yang menciptakan pikiran paradox sperti itu di alam ini?
BalasHapusManusia.
Hapusnumpang nanya:
BalasHapusbenarkah pertanyaan ini pertama kali diucapkan oleh filsuf inggris bertrand russesl? mohon pencerahan
Paradoks ini tercatat pertama kali diajukan oleh Ibnu Rusyd pada abad ke-12. Kemungkinan sebelumnya sudah dikenal problem sejenis terkait makna dari "kemahakuasaan".
HapusTidak sanggup? Tidak sanggup itu apa seperti apa bentuknya? Sudah pasti yang meciptakan kata tidak sanggup adalah manusia tapi yang menciptakan hal tidak sanggup itu tuhan,,,jika tuhan menciptakan hal tidak sanggup maka itu tidak menghilangkan tuhan adalah maha bisa,,tidak perlu di jawab paradox itu karena di sini sudah jelas yang menciptakan hal tidak sanggup itu tuhan,,tinggal pikirkan aja sepeerti apa bentuk tidak sanggup itu sendiri,,,
BalasHapusBagaimana mungkin di sebut tidak sanggup sedangkan tuhan sanggup menciptakan hal tidak sanggup,,
HapusSebenarnya pemikiran manusia yang tidak bisa mencapai nya, sebab mereka kurang memahami sifat Tuhan. Oke saya tdk ingin panjang lebar menjelaskan, pada dasar nya ini mau tidak mau berhubungan dengan iman, meskipun logika manusia pasti mentok dan muter2 karena sejatinya manusia kurang dalam memahami sifat Tuhan sendiri. Nah, kenapa sih di setiap sifat-Nya Dia menyebut diri-Nya dengan "Maha", padahal makhluk juga bisa saja ( atas kehendak-Nya ) memiliki sifat dengan nama yang sama,salah satunya misal manusia bisa Adil - tapi hanya tuhan Yang Maha Adil, artinya meskipun namanya sama, hakekatnya berbeda, artinya "Adil" versi manusia , berbeda dengan "Adil" versi Tuhan. Intinya adalah jangan mencoba memahami sifat Maha Adil-Nya Tuhan dengan sifat Adil nya manusia, karena sangat berbeda maksud, berbeda versi, berbeda sejauh-jauhnya perbedaan. Ini memang sebenarnya menguji iman, yang faham akan semakin mengerti hakekat dirinya dan Tuhan, sedangkan yang kurang iman, mungkin akan kebingungan. Memahami sifat2-Nya dengan logika sampai kapanpun tidak akan pernah bisa mencapai nya, maka dari itu Dia menciptakan iman, satu2 nya yang bisa mendekatkan kita pada perngetian akan sifat2-Nya itu, mengapa Dia punya sifat Maha Menciptakan, tapi tidak menyebut sifat Maha Menghancurkan, padahal Dia memang punya sifat itu. Jawaban nya karena yang namanya MAHKLUK TIDAK MUNGKIN MENCAPAI TUHAN. Maksud saya, "batu" yang dimaksud tidak mungkin ada karena makhluk tidak bisa mencapai ke-Mahaan-Nya sampai2 Dia tidak bisa mengangkatnya, meskipun makhluk memiliki sifat seberat apapun, Dia tetap memiliki sifat Maha Kuat. Meskipun batu itu diciptakan, batu itu tetaplah makhluk, sedangkan sifat makhluk itu terbatas dan Tuhan memiliki sifat tidak terbatas. Semoga bisa menangkap apa yang saya maksud, sejati nya makhluk tetaplah makhluk, dia akan memiliki sifat terbatas, dan Tuhan tetaplah Tuhan, Dia tidak memiliki sifat terbatas. Meskipun batu itu diciptakan, dia tetaplah makhluk, mustahil bisa melampaui ke-Maha Kuat-Nya. Endingnya kekurangan itu ada pada makhluk itu sendiri sebab dia ( makhluk ) memiliki sifat terbatas, berbeda dengan Tuhan yang memiliki sifat tidak terbatas. Pahami kalimat "tidak terbatas" ini dgn logika manusia, pasti bisa dipahami dan dimengerti. Saya mengutip salah satu dari firman-Nya yang mulia tentang hakikat manusia sebagai makhluk : ÙˆَÙƒَانَ الْØ¥ِÙ†ْسَانُ Ø£َÙƒْØ«َرَ Ø´َÙŠْØ¡ٍ جَدَÙ„ًا (QS. Alkahfi : 54)
BalasHapusDan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang untuk membuat macam-macam perumpamaan bagi manusia didalam al-Qur'an ini. Dan manusia itu adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Saya tidak bisa memberi jawaban apa yang dipahami orang2 non-muslim atau atheis ( apalagi pd dasarnya atheis tdk percaya adanya Tuhan ), maka dr itu menjawab dgn logika tanpa iman adalah kemustahilan akan menemukan titik terang. Sekarang, pertanyaan apakah Maha Kuasa bertentangan dengan Maha Baik ( Kuasa - menguasai apapun , bahkan kejahatan ) artinya tidak Maha Baik ? Atau Maha Adil bertentangan dengan Maha Adil ? Kembali lagi sifat2 Tuhan tidak bisa dipahami dengan logika dan cara berpikir manusia yang terbatas. Tapi saya akan menjelaskan sedikit agar tidak dibilang membabi buta. Dalam agama saya ( mungkin semua agama ), mempercayai Tuhan itu harus dengan prinsip ( dalam agama saya disebut kaidah ) , nah prinsip-prinsip ini disebut prinsip ketuhanan, apa yang sudah Dia tetapkan, mau tidak mau, setuju tidak setuju, apa yang ada pada sifat2 Tuhan adalah benar, sekalipun manusia menganggapnya salah, bertentangan, atau salah. Misal , jika Tuhan menguasai kejahatan, apakah itu lantas membantah ke-Maha Baik-an Tuhan ? Jelas hanya orang yang akal nya pendek yg berpikir demikian. Dia hanya mengambil kata "jahat x baik", bagaimana kalau dipahami, jika orang yang baik ( kebaikan ) dan orang jahat ( kejahatan ) dikuasai oleh Tuhan atau tidak berdaya dengan ketetapan ( kaidah/prinsip ) Tuhan. Contoh kecil, orang baik ditetapkan sehat, orang jahat jg ditetapkan sehat atau orang baik pasti mati, begitu pun orang jahat juga pasti mati. Maksudnya, mau jahat mau baik, ada dalam kekuasaan-Nya, tidak berdaya dihadapan-Nya. Pengertian ini bisa ditarik ke sifat Maha Baik, kalau dipahami "jahat x baik" ya jelas bertentangan, bagaimana kalau Maha Baik maksudnya memberi semua manusia kesempatan yang sama untuk hidup meskipun dia manusia terjahat ( tidak mengakui Tuhan ) sekalipun. Nafas yang sama, mata yang sama, dst. Bukankah ini kebaikan yang manusia mustahil melakukan nya.....( Berlanjut )
BalasHapusBagi saudara2 yg belum paham tentang prinsip Tuhan di dunia ini, saya ambil contoh, api itu makhluk, diciptakan dengan sifat panas, nah ini adalah ketetapan, artinya api tidak mungkin sedingin es meskipun dinyalan di kutub utara sekalipun, ia akan tetap panas. Dan banyak contoh2 lain yg merupakan ketetapan Tuhan, batu itu keras, gunung itu tinggi, manusia harus lapar, dan paling penting manusia harus beribadah kepada Tuhan dengan tata cara dan tutunan-Nya, yang kadar nya sudah ditentukan oleh-Nya dan disampaikan oleh utusan-Nya yang mulia. Dari penjelasan saya, bisa ditarik kesimpulan juga bahwa Tuhan telah menetapkan bahwa semua makhluk terbatas, bahkan "Sang Waktu" sendiri pun terbatas, berbeda dengan Tuhan. Timbul pertanyaan, Tuhan mengutus, apakah itu suatu kelemahan ? Tidak, jika dipahami dengan akal yang sehat. Sedikit sejarah dalam agama saya, bagi yg tidak sepaham tidak masalah, karena ini hanya contoh konkrit betapa jauhnya perbedaan makhluk dengan Tuhan. Dahulu di bukit Thusina tatkala Musa berbicara kepada Tuhan-Nya dan ingin melihat Tuhan-Nya dengan mata telanjang, gunung dan batu ( merupakan makhluk ) runtuh hanya karena mendengar kabar Tuhan akan ke dunia menemui Musa, melihat hal itu Musa pingsan, bagaimana tidak baru mendengar Tuhan akan ke dunia, gunung dan batu didepannya hancur bergetar. Tuhan nya Musa pun berkata seandainya gunung dan batu dihadapan mu ( dimata Musa begitu kokoh dan kuat ) itu sanggup menahan kedatangan-Ku, maka kau ( Musa ) pasti bisa melihat-Ku. Jangan kan gunung dan Batu, seluruh alam semesta aja tidak akan mampu, kenapa ? Ya kembali ke sifat, Tuhan tidak terbatas sedangkan alam semesta ( galaksi bimasakti dan jutaan galaksi lain nya ) tetaplah terbatas. Itulah perbedaan makhluk dengan Tuhan. Kelemahan ada pada makhluk itu sendiri, bukan pada Tuhan, maka dari itu Tuhan mengutus makhluk dengan makhluk, tingkat kemampuan tentu berbeda, antara satu makhluk tingkat kedekatan dengan Tuhan pasti berbeda, presiden saja tidak sembarang orang bisa mendekati, apalagi Tuhan, gak sembarang makhluk bisa dekat dengan Zdat-Nya. Entah bagaimana agama2 lain menggambarkan Tuhan, saya tidak tahu, setidaknya itu sedikit gambaran tentang Tuhan dan sifat2-Nya dalam agama saya. Nah kembali ke topik tentang sifat Maha Adil dan Maha Pengasih juga sifat2 yang dirasa bertentangan oleh manusia, saudara bisa memahami dengan konsep saya tadi. Semoga apa yang saya paparkan bisa sedikit menjelaskan paradox diatas
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJadi kesimpulan nya adalah, Tuhan pasti mampu untuk membuat batu itu, tapi batu itu pasti kembali kepada kelemahan makhluk yaitu sifat terbatas. Batu yang "tak terbatas" tidak bisa disebut batu karena prinsip yang sudah ditetapkan oleh Tuhan bahwa segala makhluk itu terbatas. Ya kalau saya memahami sifat tak terbatas nya Tuhan mungkin berbeda dengan admin. Entah, saya hanya berpendapat admin kurang mau berpikir sehingga merangkum sifat Tuhan dengan begitu sederhana nya. Saya berharap sih admin jg belajar agama, sejauh yang tau selama mempelajari agama saya, semua jawaban bisa terjawab dan mampu untuk diterima oleh akal. Saya bukan orang yang membabi buta dalam beragama, bahkan saya sempat ragu dan berpikit untuk murtad. Tapi saya bersyukur atas hidayah-Nya membuat semua nya jadi jelas dan gamblang, karena saya dulu juga mempelajari konsep2 agama lain, bahkan aliran2 dalam agama saya yang jumlah nya luar biasa, dan konsep agama dan pemahaman yang benar akhirnya saya temukan. Setiap saya membantahnya, saya akan terbantahkan. Itulah yang saya pahami, mungkin jika saya bisa merumpamakan adalah "Jika pertanyaan tentang Tuhan adalah Paradox, maka Tuhan itu sendirilah Yang Maha Paradox" semakin bertanya akan semakin bingung, semakin bingung akhirnya akan semakin bodoh, kebodohan hanya membawa pada penyesalan. Oh ya saya membaca sedikit komentar "Maha Baik tapi kok dimasukin ke Neraka". hehehe ngakak sih bacanya, lha Maha Baik nya ditarik ke Neraka, di dunia dikasih oksigen gratis tapi mengakui Tuhan aja gak mau, saya pikir manusia biasa pun misal admin memberi saya uang sekoper isinya 1 M agar saya bekerja buat admin, dengan perjanjia tapi saya tetap menghabiskan uang nya ( oksigen ), tidak menganggap admin sebagai manusia, atau justru bertanya soal "gimana nyetak uangnya", atau "cara nyetak kopernya", dan tidak kerja2, mungkin saya akan dipecat atau dipukuli atau dibunuh karena uang nta udah habis saya ga mau kerja, wkwkwkk. Gini deh min, coba belajar agama, maka pemikiran mu bisa lebih luas, lebih jernih, niat kan untuk mencari kebenaran, selamat belajar agama
BalasHapus- "Oke saya tdk ingin panjang lebar menjelaskan"
Hapus* Panjang artikel saya 771 kata, 5.575 karakter. Total dari keempat komentar Anda 1.358 kata, 9.063 karakter.
- "Memahami sifat2-Nya dengan logika sampai kapanpun tidak akan pernah bisa mencapai nya"
- "selama mempelajari agama saya, semua jawaban bisa terjawab dan mampu untuk diterima oleh akal"
- " apakah itu suatu kelemahan ? Tidak, jika dipahami dengan akal yang sehat"
* Nah, lho? Jadi yang benar yang mana?
- "misal admin memberi saya uang sekoper isinya 1 M agar saya bekerja buat admin ... tidak menganggap admin sebagai manusia ... mungkin saya akan dipecat atau dipukuli atau dibunuh"
* Tapi ternyata saya tidak memberi Anda uang dan tidak memecat atau memukul Anda, kan? Dan saya pun tak mau ;) Oh Oke, itu pemisalan ya? Seperti misalnya Tuhan Anda itu ada dan begini-begitu..
- "Entah, saya hanya berpendapat admin kurang mau berpikir sehingga merangkum sifat Tuhan dengan begitu sederhana nya."
* Saya mau berpikir kok, Mas. Hanya saja saya ndak punya alasan untuk mengimani suatu doktrin.
- "Gini deh min, coba belajar agama"
* Saya juga mempelajari beberapa agama, kok.
Pada dasarnya apa yang tiap orang katakan mengenai Tuhan adalah klaim yang tidak didasarkan pada bukti melainkan pada keimanan. Si A percaya Tuhan ini dan mengingkari Tuhan lainnya. Si B percaya Tuhan itu dan mengingkari Tuhan lainnya. Si Z tidak percaya Tuhan manapun. Saya menghargai semua itu. Dan konten blog saya didasarkan pada rasionalitas, Mas. Semoga Mas memaklumi, ya.
Semua sepakat bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Atau bahasa Latinnya Omnipotent, artinya segala/semua/maha, Potent/Potence artinya Kemampuan/Daya/Kuasa. Dan Tuhan juga Maha Tahu atau Bahasa Latinnya Omniscient dan Maha Hadir atau bahasa Latinnya Omniprasent, Tuhan tak terbatas dan tak bisa dijangkau kemahakuasaannya. Intinya jika Tuhan mampu menciptakan Ia juga sanggup utk membinasakan serta memberkati-Nya.
BalasHapusKeunikan manusia menanyakan kekuasaan tanpa batas dengan membuat pertanyaan dengan batas...sesuatu yang lucu...bahwa sesuatu yang tak terbatasi harus menjawab ya dan tidak...kenapa tidak dihitung kemungkinan dari jawaban itu menurut logika matematika tentang kemungkinan dari sesuatu yang tak terhingga apakah bisa dijabarkan satu atau dua....angka tak terhingga dikali kuadrat tak terhingga hasilnya tak tethingga juga...mungkin yang post bisa menghitung jumlahnya...untuk jawaban ini menurut saya sendiri ya kalau jelas mending nanti kalau bertemu tanyakan aja...maaf cuma mampir
BalasHapusJawabannya dapat dan tidak dapat,, hehehe..
BalasHapusArtikel yang bagus Om,,lanjutkan..
Bukti kalau akal dan pikiran manusia ada batasnya,,
BalasHapusJika dengan Tuhan, urusannya cinta saja mas,, Karena Tuhan itu tidak dapat diteliti, diukur dan digambarkan dengan ukuran akademis yang dimiliki manusia, kecuali Dia sendiri yang membocorkan sedikit tentang kemahakuasaan-Nya kepada manusia,,
Bisa apa kalian semua tanpa Tuhan???
Bahkan saya belum sama sekali melihat secara langsung Tuhan mengangkat benda
BalasHapusHa..ha... Dibayangkan saja, Mas.
Hapusngomong apa kamu ? Sok pintar ? Ipk tinggi bukan syarat masuk surga , tolol .
BalasHapusKalau IPK tinggi lazimnya tidak tolol, Mas.
HapusIya, Mas. Surganya untuk Mas saja.
Jika kau percaya bahwa dunia ini berpasang-pasangan ,itu cukup menjawab apa yang kau cari kawan..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusatrikelnya bagus, mudah-mudahan bisa bermanfaat, tapi saya juga punya pendapat
BalasHapusmenurut saya tuhan menciptakan batu itu konteks tentang PENCIPTAAN, Sedangkan ia sendiri tdk bisa mengangkatnya itu kontesk KEKUATAN, mungkin pada permasalahan yang berbeda wacananya tapi dijadikan satu dalam pembicaraan atau rangkaian kata, jadi masalah PENCIPTAAN dan KEKUATAN itu berbeda, namun terkadang kita keliru oleh suatu rangkaian kata yang kelihatannya satu kesatuan tapi nyatanya berbeda permasalahannya.
maaf jika kurang tepat (masih belajar)
Pembahasan yang menarik...
BalasHapusSuatu pertanyaan yang salah akan di jawab dgn salah meskipun itu benar tetap akan salah, tak mungkin dengan pertanyaan yang salah menjadi benar..
1+1=2(benar universal). coba kita acak angka ini mengunakan angka yang sama dan menganti kemungkinan letak, 2+1=1 atau 1+2=1 manakah jawaban yang benar dri soal yang di acak??pertanyaanya mengandung kata kata benar tpi jawabanya akan selalu salah
Coba pahami dari sifat pertanyaan paradox di atas telah menolak sesuatu kekuasanya tuhan dengan menguasakan tuhan itu sendiri.
Bukan tuhan yang membatasi dirinya tapi kitala yang di batasi tuhan karena apa??
Kita asumsikan sekolah, ketika kita tidak tau menghitung maka kita akan di ajari di sekolah, tetapi ketika sudah tau apakah kita akan sekolah??apa gunanya sekolah kalo sudah tau? Itula yang tidak di inginkan tuhan menjadi kan pengetahuan itu menjadi tuhan dan melupakan defisini tuhan itu sendiri dan melupakan dari mana kita berpengetahuan, karena pada dasarnya kita ini tak berpengetahuan kalo kita semua berpengetahuan maka tak ada sekolah dan jika tuhan tak membatasi pengetahuan maka tak ada rahasia lagi tentang ilmu pengetahuan maka tak adil bagi kita yang sekolah apabila pengetahuan kita sama dgn yg tidak sekolah.
Apabila beliau ingin berpengethuan cobala pahami al-quran, semua pertanyaan paradox biliau insyaallah akan beliau temukan jawabnya karena al-quran untuk orang orang yang berfikir...
Kamu tahu tidak siapa yang melahirkan padaradox tersebut..? Ibnu Rusyd.. Seorang cendekiawan muslim ternama.. Dan apakah kamu tahu tujuan nya ciptakan paradox tersebut..? Ahaha.. Kenalilah Tuhan temanku.. Jawabanmu menunjukkan dangkalnya pemahamanmu terhadap Tuhan.. Ibnu Rusyd memang jenius.
BalasHapusSo? No argument but ad hominem? It shows how 'genius' you are, Sir.
HapusDapatkah Dapatkah Tuhan menciptakan dua benda yang sedemikian masifnya hingga tak dapat memisahkan kedua benda itu?
BalasHapusTuhan salam kepercayaan saya hanya Allah jadu saya ganti tuhan disini dengan kata Allah. Pertanyaan ini sangat simple sebenarnya. Hanya harus memahami bagaimana cara membacanya.
-"menciptakan dua benda yang sedemikian masifnya hingga tak dapat memisahkan kedua benda itu?"
-kami yang beragama yg berTuhan yg percaya kekuasaan Allah sungguh sangat tau dan Yakin bahwa Allah maha kuasa maha sgalanya.kalimat "menciptakan dua benda yang sedemikian masifnya hingga tak dapat memisahkan kedua benda itu?" bisa di artikan Tidak Berkuasa. Karna Allah tidak mungkin untuk tidak dapat melakukan segalanya karna ialah pemilih semesta. Jika bagian ini dipermudah maka akan menjadi "Tidak Berkuasa" dan hal ini tidak mungkin.
Dapatkah Allah tidak Berkuasa?
Jelas jawabannya TIDAK, karna Allah berkuasa penuh.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga tuhan mengerti apa yang kalian semua tuliskan.
BalasHapusMas sungkar,, apakah anda atheis??
BalasHapusSaat ini, saya tidak percaya pada Tuhan personal dan agnostik terhadap tuhan impersonal.
HapusSemoga dapat hidayah .AMIN.
HapusTeman, ga adil rasanya kalau meneliti pertanyaan ini hanya dengan pikiran pribadi, pada dasarnya pola pikir tiap individu berbeda dan hakikatnya apa yang dihasilkan manusia tidak ada yang sempurna termasuk pola pikir. Mungkin teman lebih baik meneliti juga dari sisi orang-orang yang percaya tuhan, terutama orang-orang yang mengkaji betul dan mempuni menafsirkan kitabnya.
BalasHapusCoba teliti Al-Qur'an dari orang-orang itu. :)
Jawaban paradox ini, membahas apa itu tuhan hanya sebagian, saya tegaskan hanya sebagian kecil, tidak secara utuh.
Oke selamat mencoba dan semoga hidayah dan keselamatan sesalu sesalu menyertai mu.
Kalo menurut saya karena ini secara logika untk manusia jawabannya Tidak krn tdk mgkin maha kuasa menciptakan sesuatu yg lebih kuasa drinya krena karena dibatasi oleh mahakuasa itu sendiri. Sama seperti tdk mgkin tuhan menjadikan manusia lebih tuhan drinya krn itu sudah melanggar konsep ketuhanan itu sendiri.
BalasHapusTpi kalo pertanyaan ini sendiri untk maha kuasa jawabnya kita tdk tau apa bisa ato tdk krena kita tdk tau sampai dimana mahakuasa itu ato apa mahakuasa itu
#hanya menurut pendapat saya
Bodo amat itu yg buat pertanyaan org Atheis loh pdhal :v
BalasHapusLogikanya gini, Tuhan itu maha tidak terbatas sedangkan batu itu materi , yang namanya materi ada batasnya... Coba kalian bandingkan tuhan yang maha tidak terbatas dan tidak bertepi dengan Batu yang Sangat besar dan seberat apapun ia tetap memilili batas, karena batu Adalah materi, Selesai kan?
BalasHapusmenurur saya pribadi pencipta itu ada dan dia lebih berilmu dari kita ialah yang kita sebut" tuhan, tapi karna dia jauh lebih hebat dari kita maka dia kita sebut mahakuasa, walau sebenarnya mustahil ada yang mahakuasa. contohnya sehebat apapun mahluk yang ada di dunia ini tak akan ada satupun yang dapat membuat segitiga yang jumlah ketiga suditnya tidak sama dengan 180
BalasHapusTuhan maha kuasa tentunya untuk melakukan apapun.. Kamu kurang ajar jika kamu menyuruh tuhan untuk melakukan itu, apa daya kita sebagai mahluknya,lakukan perintahnya dan hindari larangan nya..
BalasHapusToh kebesaran nya udah kebukti dimana mana..
#Bang jack
Yang mana saja itu yang telah terbukti? Dan tuhan yang mana yang melakukan itu?
HapusTidaklah manusia itu memiliki ilmu kecuali sedikit saja atas apa yg di berikan tuhan kepadanya...
BalasHapusParadoks ini melogikakan tuhan atas batas kemampuan pemikiran yg diberikan tuhan kepada pemikirnya,
Pemahaman manusia terbatas untuk menerima sifat "kuasa", "baik","adil", "penyayang" Karena bermakna relatif dan subyektif. Bahwa untuk penciptaan mahluk yang melebihi kemampuannya sangat mungkin sekali, ibarat manusia menciptakan benda yang melebihi kemampuan pencipta itu sendiri. Manusia diberikan akal dan pikiran dimana setiap benda yang diciptakan selalu ada benda yang tercipta lagi melebihi ciptaan sebelumnya. Dalam hal Tuhan kuasa menciptakan batu apakah bisa menciptakan batu yang melebihi kuasa mengangkatnya, saya ibaratkan manusia bisa membuat patung berdimensi besar dan berbobot melebihi pembuatnya, tetapi tetap saja bisa mengangkat melalui daya pikir dengan membuat alat. Manusia saja bisa apalagi Tuhan, semisal menciptakan batu sebesar gunung tentu sangat bisa mengangkatnya dengan syarat yang terjangkau pikiran manusia. Manusia adalah mahluk yang dibatasi oleh waktu....
BalasHapushttps://drive.google.com/file/d/0B0J_azv6cmuXdGhDUEJ0bGVjT2M/view?usp=drivesdk
BalasHapusParadoks yang dikenal paradoks Pinokio itu menanyakan "Apa yang terjadi jika Pinokio berkata, 'Hidungku akan memanjang paradoks judi online
BalasHapusJawabannya mudah sekali Om, Tuhan tidak mampu, dan masih banyak lagi ketidakmampuan Tuhan selain membuat batu itu,,Tuhan juga tidak mampu mematikan diriNya sendiri, tidak mampu memecat diriNya sendiri sebagai Tuhan, tidak mampu menciptakan Tuhan yg lain, tidak mampu menciptakan orang tua/saudara/anak-anak bagi diriNya,dan masih banyak lagi ketidakmampuan-ketidakmampuan yg lain..hehehe..
BalasHapusJawabannya menurut saya cuma satu
BalasHapus"Tuhan tidak sama dengan makhluknya"
Jawaban penulis dan pembaca saya lihat menggunakan logika bahwa Tuhan sama denvan makhluknya
Saya simpulkan: Yang bisa mengalahkan Tuhan cuma Tuhan itu sendiri, Tuhan Maha-kuasa di hadapan ciptaan-Nya dan jagat raya ini, ketidak maha kuasaan Dia hanya berasal dari diri-Nya sendiri. Simpelnya, dia menciptkan manusia, manusia berpikir paradoks, maka yang punya kuasa di sini yang mencipta si pemikir paradoks.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJika tuhan itu ada, tuhan itu jahat
BalasHapusYang ber-Tuhan, dan menggunakan keimanannya percaya akan Tuhan, seharusnya juga paham bahwa Tuhan memberikan "Akal" kepada manusia untuk berfikir logis bukan hanya diberikan "Hati" untuk mempercayai saja. Sehingga antara Logika dan Keimanan haruslah berkorelasi. Jadi tidak ada salahnya dengan "Omnipotence Paradox", karena paradoks ini pun ditemukan oleh Filsuf yang ber-Tuhan.
BalasHapusDan untuk jawaban saya sendiri mengenai paradoks ini, sedang saya dalami, karena saya baru saja mencoba memahami hubungan antara Logika dan Keimanan.
Terimakasih Admin untuk Postingannya. Semoga sama-sama bermanfaat.
Sama-sama, terima kasih atas tanggapannya.
HapusBismillah
BalasHapusSaya akan coba menjawabnya
Saya teringat semasa kuliah dulu pernah ditanya seorang teman, "bukankah Tuhan itu maha segalanya?, jadi Tuhan jg maha membohongi? jangan2 kita dibohongi Tuhan bahwa surag dan neraka itu tidak ada? jadi buat apa sholat?
Saya menemukan jawaban dr seorang teman spt ini: "Ya memang Tuhan bs jd maha membohongi krn Tuhan maha Irodah (berkehendak), dan hanya Tuhan yg tahu! Selanjutnya bagaimana dengan manusia masihkah msh mau beribadah meski telah dibohongi...kl kita msh mau beribadah meski dibohongi tdk ada surga neraka, setidaknya kita menjalankan hidup yg benar didunia, tp kl kita tdk mau beribadah bagaimana kl ternyata Tuhan tdk berbohong? sdh di dunia kita rusak, mati masuk neraka, terserah pilih mana"
Sama jg dgn paradox kemahakuasaan, "bisakah Tuhan yg mahakuasa menciptakan batu yg sangat berat sehingga Tuhan tdk mampu mengangkatnya?"
Jawabanya adalah "Ya Bisa"...Tuhan bisa menciptakan batu yg sangat berat sehingga Tuhan tidak mampu mengangkatnya....tapi "ketidakmampuan" Tuhan utk mengangkat batu itu bukanlah kelemahan Tuhan, melainkan itu kehendaknya "irodah"....Tuhan berkehendak menciptakan keadaanNya dan hanya Dia yg tahu alasannya, sifat irodah ini termasuk bagian dari kemahakuasaan Tuhan....berbeda dgn manusia ..ketidak mampuan manusia adalah keterbatasan yg dikehendaki oleh Tuhan.....selanjutnya tinggal manusianya mau memahami paradox ini sebagai bagian kuasa Tuhan atau ketidakkuasaan Tuhan.
Paradox kemahakuasaan ini pernah disampaikan oleh Ibnu Rasyd sebenarnya bukan sebagai suatu pertanyaan yg hrs dijawab spt murid sekolah, melainkan sebagai bahan renungan utk memahami kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Dan sudah menjadi keterbatasan manusia bila mencari jawaban paradox hanya akan berputar2....krn ini sbnrnya adalah titik batas kemampuan manusia utk berpikir......saya yakin bila manusia bs menemukan jawaban mutlak dr paradox maka sebenarnya mgkn dia sdh mati atau tdk hidup di dunia ini lagi.
demikian jawaban sementara saya
Wassalam
Terima kasih atas sumbangan pendapatnya.
HapusPertanyaan kedua itu salah bisakah Tuhan menciptakan batu yg tidak bisa diangkatnya itulah kesalahan pertanyaanya. Kenapa saya bilang salah maha kuasa pengertiannya adalah tidak berbatas apabila yg tuhan buat batu tidak bisa diangkatnya itu berarti membatasi tuhan. Karna seberapapun berat batu ada batas massa nya sedangkan tuhan tidak terbatas.dan tuhan tidak terikat oleh massa. Berlogika dengan Tuhan itu salah karna tuhan tidak terikat hukum fisika karna dia yg membuatnya. Tidak usah tuhan berlogika manusia saja misalnya membuat gedung tinggi apakah dia bisa mengangkatnya? Dalam hal mengangkat langsung mungkin tidak tapi jangan membatasi kekuatan berpikir manusia. Karna manusia akan berpikir caranya agar bisa mengangkat dia akan membuat benda lain yg lebih besar yg bisa bergerak sekaligus mengangkatnya. Apakah itu kekuatan ya jelas karna kekuatan bukan hanya terletak diotot saja tapi juga diotak yg bisa membantu manusia itu sendiri. Bagaimana dengan Tuhan jelas lebih komplex dan sempurna.
BalasHapusJadi kesimpulannya Tuhan tidak akan mampu menciptakan batu yang sedemikian berat hingga Dia pun tak mampu mengangkatnya?
HapusWah terimakasih artikelnya, cukup menarik. Tetapi menurut saya, anda melakukan sesat fikir. Mari kita bedah pertanyaan paradoks ini dan tanggapan anda.
BalasHapusPertanyaan :
“Dapatkah Tuhan menciptakan suatu benda yang begitu beratnya hingga Ia sendiri pun tak dapat mengangkat benda itu?”
Jawaban :
Analisis pertama mengenai jawaban yang mungkin ialah jika jawabannya ya, berarti Tuhan tidak maha-kuasa karena Ia tidak mampu mengangkat benda tadi, dan jika jawabannya tidak, berarti Tuhan tidak maha-kuasa karena Ia tidak mampu menciptakan benda seperti yang dimaksud.
Menurut saya :
Proposisi yang dinyatakan adalah bahwa Tuhan menciptakan suatu benda yang begitu beratnya hingga Ia sendiri pun tak dapat mengangkat benda itu.
Jika jawabanya adalah mampu dan benda tersebut benar-benar tidak bisa diangkat, maka Tuhan berkuasa karena bisa menciptakan benda itu. Tetapi, jika Tuhan justru mampu mengangkat benda tersebut, ia justru tidak berkuasa, karena tidak dapat menciptakan benda berat yang di maksud.
Pernyataan anda menurut saya mengingkari proposisi anda sendiri. Untuk keluar dari paradoks, mestinya anda konsisten dengan proposisi dan pertanyaannya.
Pertanyaan paradoks ini sama kaya pertanyaan ini: Bisakah Tuhan menciptakan makhluk yg lebih kuat dari diri Nya sendiri?
BalasHapus