Tampilkan postingan dengan label geometri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label geometri. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Oktober 2020

Rotasi Koordinat

Misalkan vektor \(\mathbf{A}\) dinyatakan dalam koordinat \(O(X,Y)\) sebagai \(\mathbf{A} = \hat{\mathrm{e}}_i A^i = x\hat{\imath}+y\hat{\jmath}\). Jika dilakukan transformasi koordinat berupa rotasi, \(O \xrightarrow[]{\mathrm{rot}(\theta)} O'\), maka komponen vektor A akan bertransformasi menjadi \( (A^i)'=A'^j=\binom{x'}{y'}\). Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.

Gambar 1  Rotasi bidang terhadap sumbu tegak lurus.

Meskipun jalinan komponen vektor dalam kedua koordinat tersebut berbeda, namun vektor \(\mathbf{A}\) sendiri tidak berubah (inverian). dapat kita tuliskan

\begin{align} \mathbf{A} = \hat{\mathrm{e}}_i A^i = \hat{\mathrm{e}}_{j}' A'^{j} \label{invA} \end{align}

Berdasarkan Gambar 1, diperoleh jalinan

\begin{align} x'&= \overline{OB} + \overline{BC} = \overline{OB} + \overline{DE} \nonumber \\
&= x \cos \theta + y \sin \theta \label{x'} \\
y'&= \overline{AD} - \overline{AB} \nonumber \\
&= y \cos \theta - x \sin \theta \label{y'} \end{align}

Kedua persamaan di atas dapat diringkas ke dalam persamaan matriks,

\begin{align} \begin{pmatrix} x'\\y' \end{pmatrix} &= \begin{pmatrix} \cos \theta & \sin \theta\\ -\sin \theta & \cos \theta \end{pmatrix} \begin{pmatrix} x\\y \end{pmatrix} \nonumber \\
A'^j &= R A^i \label{P1} \end{align}

Lantas bagaimana dengan basisnya? Bayangkan vektor satuan pada sumbu \(X\) dan \(Y\) diputar sebesar \(\theta\). Tentunya vektor satuan baru, \((\hat{\imath}',\hat{\jmath}') \) juga memenuhi transformasi

\begin{align} \left.\begin{matrix} i' & = & \hat{\imath} \cos \theta + \hat{\jmath} \sin⁡ \theta \\ j' & = & -\hat{\imath} \sin \theta + \hat{\jmath} \cos \theta \end{matrix} \, \right\} \label{P2} \end{align}

Apakah ini berarti transformasi berupa rotasi koordinat tidak memenuhi persamaan (\ref{invA})? Mari kita coba nyatakan transformasi basis di atas dalam notasi matriks.

\begin{align} \begin{pmatrix} \hat{\imath}' & \hat{\jmath}' \end{pmatrix} &= \begin{pmatrix} \hat{\imath} & \hat{\jmath} \end{pmatrix} \begin{pmatrix} \cos \theta & -\sin \theta\\ \sin \theta & \cos \theta \end{pmatrix} \nonumber \\
\mathbf{\hat{e}}_j &= R_e \, \mathbf{\hat{e}}_i \label{P3} \end{align}

Perhatikan bahwa

\begin{align} \begin{pmatrix} \cos \theta & \sin \theta\\ -\sin \theta & \cos \theta \end{pmatrix} \begin{pmatrix} \cos \theta & -\sin \theta\\ \sin \theta & \cos \theta \end{pmatrix} = 1 \nonumber \end{align}

Ternyata operator transformasi basis adalah invers dari operator transformasi komponen vektor. Dengan demikian, diperoleh hasil yang konsisten,

\begin{align} \mathbf{A} = \hat{\mathbf{e}}_j' A'^j = (\hat{\mathbf{e}}_i R_e) (R A^i) = \hat{\mathbf{e}}_i A^i \label{P4} \end{align}

Jelas bahwa \(R_e R\) harus bernilai sama dengan 1.



Lalu bagaimana dengan rotasi dalam ruang tiga dimensi? Misalkan kita telah memiliki sembarang vektor \(\mathbf{P}=x \mathbf{\hat{\imath}}+y\mathbf{\hat{\jmath}}+z\hat{k}\) yang disajikan dalam koordinat kartesian \(K\). Kemudian, kita perlu menyatakan jalinan \(\mathbf{P}\) dalam koordinat baru \(K'\) yang memiliki orientasi yang berbeda dari \(K\). Misalkan kita nyatakan perbedaan orientasi kedua kerangka tersebut dalam selisih sudut azimut \(\phi\) dan sudut polar \(\theta\). Untuk menyelesaikan problem ini, perlu dilakukan dua kali rotasi. Pertama ialah rotasi sumbu \(X\) ke arah sumbu \(Y\) sebesar \(\phi\) untuk mendapatkan sumbu \(X^*\) dari koordinat perantara \(K^*\), kemudian kita rotasikan lagi sumbu \(X^*\) ke arah sumbu \(Z\) sebesar \(90^\circ-\theta\) untuk mendapatkan sumbu \(X'\) dari koordinat \(K'\).

Gambar 2  Rotasi kerangka dalam ruang 3 dimensi.

Pada rotasi pertama \(K \rightarrow K^*\) dengan transformasi \(K^* = R^{(1)} K\), sumbu \(X\) dan \(Y\) bertransformasi seperti pada kasus 2-dimensi sebelumnya sedangkan sumbu \(Z=Z^*\). Dengan demikian, matriks transformasinya ialah

\begin{align} R^{(1)}=\begin{pmatrix} \cos \phi & \sin \phi & 0\\ -\sin \phi & \cos \phi & 0\\ 0 & 0 & 1 \end{pmatrix} \label{P5} \end{align}

Pada rotasi ke-2, \(K^*→K'\) dengan transformasi \(K'=U^{(2)} K^*\), sumbu \(X^*\) dan \(Z^*\) bertransformasi seperti kasus 2-dimensi sebelumnya, serta sumbu \(Y^*=Y'\). Mengingat \(\sin⁡(90-\theta)=\cos ⁡\theta\) dan \(\cos⁡(90-\theta)=\sin \theta\) maka matriks transformasinya ialah

\begin{align} R^{(2)}=\begin{pmatrix} \sin \theta & 0 & \cos \theta\\ 0 & 1 & 0\\ -\cos \theta & 0 & \sin \theta \end{pmatrix} \label{P6} \end{align}

Dengan demikian, transformasinya totalnya, \(K \rightarrow K'\), memenuhi

\begin{align} K' = R^{(2)} K^* = [R^{(2)} R^{(1)}] K = R K \label{P7} \end{align}

Menyulihkan persamaan (\ref{P5}) dan (\ref{P6}) ke dalam persamaan (\ref{P7}), didapatkan sajian eksplisit matriks transformasi \(K \rightarrow K'\).

\begin{align} R &= R^{(2)} R^{(1)} \nonumber \\
&=\begin{pmatrix} \sin \theta & 0 & \cos \theta\\ 0 & 1 & 0\\ -\cos \theta & 0 & \sin \theta \end{pmatrix} \begin{pmatrix} \cos \phi & \sin \phi & 0\\ -\sin \phi & \cos \phi & 0\\ 0 & 0 & 1 \end{pmatrix} \nonumber \\
&=\begin{pmatrix} \sin \theta \cos \phi & \sin \theta \sin \phi & \cos \theta\\ -\sin \phi & \cos \phi & 0\\ -\cos \theta \cos \phi & -\cos \theta \sin \phi & \sin \theta \end{pmatrix} \label{P8} \end{align}

Selengkapnya...

Minggu, 05 Februari 2017

Luna, Segitiga Bola, dan Teorema Girard

Segi-dua atau bigon adalah suatu bangun dua dimensi yang dibatasi oleh dua buah verteks yang membentuk kurva tertutup. Dalam geometri euklidesan, tentu bigon tak mungkin eksis. Namun, dalam geometri bola, bigon dapat dibuat dari dua busur lingkaran besar. Well, di sini diingatkan kembali bahwa rusuk dari spherical polygon harus merupakan busur lingkaran besar (lingkaran pada permukaan bola yang pusatnya berimpit dengan pusat bola). Bigon pada geometri bola dikenal juga sebagai luna (lune) oleh karena bentuknya yang menyerupai fase Bulan.

Dua lingkaran besar yang berpotongan akan membentuk dua pasang luna. Tiap luna yang berpasangan kongruen. Luna PP' dengan sudut dalam sebesar P ditandai pada gambar, yang memiliki luas P/2π luas permukaan bola. Selanjutnya, diberikan satu lingkaran besar lagi sehingga terbentuk segitiga bola PQS.

Telah jelas bahwa luna memiliki dua rusuk, dua verteks (titik sudut), dan satu sisi. Besar kedua sudutnya mestilah sama. Tinjau luna PP’ pada permukaan bola berjejari \(r\), Karena luna merupakan “juring” dari permukaan bola maka luasnya memenuhi

\begin{align} A_{luna}=\frac{P}{2\pi}⋅A_{bola}=2Pr^2 \label{A1} \end{align}

Sekarang kita akan membahas segitiga bola. Segitiga bola adalah segitiga yang dibentuk oleh busur dari tiga buah lingkaran besar. Luas segitiga bola PQS pada bola berjejari \(r\) memenuhi

\begin{align} A=E_3 r^2 \label{A2} \end{align}

di mana \(E_3\) adalah spherical excess pada segitiga bola, yakni kelebihan jumlah sudut dalamnya dari \(\pi\) radian (ingat, jumlah sudut dalam segitiga datar ialah \(\pi\) radian).

\begin{align} E_3=P+Q+S-\pi \label{E3} \end{align}

dengan P,Q,S adalah sudut dalam tiap verteks. Teorema ini dapat diperluas untuk sembarang spherical polygon (segi – N),

\begin{align} E_N=\sum_{n=1}^{N}A_n-(N-2)\pi \label{EN} \end{align}

Formula ini dikenal sebagai formula Girard.

Selanjutnya, kita akan membuktikan teorema Girard untuk segitiga bola. Perhatikan permukaan bola berjejari \(r\) berikut. Permukaan bola dibagi oleh lingkaran besar membentuk segitiga bola PQS dan P'Q'S'. Karena P'Q'S' adalah proyeksi dari PQS maka luas keduanya sama, kita namakan \(A\).

Segitiga bola PQS dan pasangannya yang kongruen, P'Q'S'. Sudut dalam yang dimaksud diberi tanda.

Pada gambar di atas, dapat kita identifikasikan pasangan luna PP', QQ', SS' dengan

$$L_{PP'} = \Delta_{PQS} + \Delta_{P'QS} = \Delta_{PQ'S'} + \Delta_{P'Q'S'}$$ $$L_{QQ'} = \Delta_{PQS} + \Delta_{PQ'S} = \Delta_{P'QS'} + \Delta_{P'Q'S'}$$ $$L_{SS'} = \Delta_{PQS} + \Delta_{PQS'} = \Delta_{P'Q'S} + \Delta_{P'Q'S'}$$

Berdasarkan persamaan (\ref{A1}), luas tiap luna \(L_{PP'}=2Pr^2, L_{QQ'}=2Qr^2\), dan \(L_{SS'}=2Sr^2.\)

Berdasarkan gambar di atas, dapat kita tuliskan segmen-segmen yang menyusun permukaan bola,

\begin{align} Sphere &= \Delta_{PQ'S'}+\Delta_{PQS'}+\Delta_{P'QS'}+\Delta_{P'QS}+\Delta_{P'Q'S}+\Delta_{PQ'S}+\Delta_{PQS}+\Delta_{P'Q'S'} \nonumber \\
&= (\Delta_{PQ'S'}+\Delta_{P'Q'S'})+(\Delta_{PQS'}+\Delta_{PQS})+(\Delta_{P'QS'}+\Delta_{P'Q'S'})+(\Delta_{P'QS}+\Delta_{PQS})+(\Delta_{P'Q'S}+\Delta_{P'Q'S'})+(\Delta_{PQ'S}+\Delta_{PQS})-2\Delta_{PQS}-2\Delta_{P'Q'S'} \nonumber \\
&= L_{PP'}+L_{SS'}+L_{QQ'}+L_{PP'}+L_{SS'}+L_{QQ'}-2\Delta_{PQS}-2\Delta_{P'Q'S'} \nonumber \end{align}

Menyulihkan luas tiap luna, diperoleh

\begin{align} 4\pi r^2 &= 4Pr^2+4Sr^2+4Qr^2-4A \nonumber \\
A &= (P+Q+S-\pi) r^2 = E_3 r^2 \nonumber \end{align} Q.E.D.

Lihat juga:

Geodesik: Jarak Terpendek adalah Garis Lengkung?.
Selengkapnya...

Jumat, 19 Agustus 2011

Pembuktian Teorema Empat Warna

          Menurut Teorema empat warna, hanya diperlukan empat warna untuk mewarnai suatu peta/graf planar tanpa ada daerah bersisian (bersinggungan titik tidak dihitung) yang memilii warna yang sama. Beberapa peta dunia hanya menggunakan empat warna untuk mewarnai bagian wilayah negara. Tentu saja teorema ini berlaku untuk semua graf di bidang datar. Silakan mencobanya dengan berbagai macam peta, hasilnya hanya dengan empat warna (atau kurang tentunya) semua peta dapat diwarnai dengan aturan tadi. Berikut point-point untuk membuktikan kebenaran teorema ini.

Mengapa?
• Karena segi dengan sudut yang paling sedikit ialah segitiga, tidak ada segi dua dan segi satu.
• Pada segitiga, tiap rusuk secara langsung berhubungan dengan rusuk-rusuk lainnya, jadi tidak ada yang saling berhadapan atau berselang.
• Semua poligon dapat dibentuk dari segitiga, segi empat minimal dengan dua segitiga, segilima minimal dengan lima segilima, dan seterusnya.


Hubungannya?
• Hanya ada maksimal empat daerah yang SALING berbatasan secara langsung dengan daerah lainnya, seperti model segitiga di bawah ini (perhatikan kesemua daerahnya saling bersisian). Dengan demikian, hanya dibutuhkan empat macam warna untuk mewarnai peta tanpa dua atau lebih daerah yang bersisian memiliki warna yang sama.

Bagaimana dengan bentuk lain?
Bagaimana kalau begini?
• Meskipun ABC segitiga, tetapi dapat disebut segiempat ABCD. Dengan munculnya segiempat, berarti ada rusuk yang saling berhadapan seperti AB dan CD. Artinya, daerah V boleh memiliki warna yang sama dengan daerah III karena tidak bersisian. Demikian pula untuk pola-pola lainnya -- yang rumit sekalipun --, selalu dapat dibuat pola segitiganya.
Selengkapnya...

Pembuktian Teorema Pappus

Teorema Heksagon Pappus berkisah tentang suatu geometri seperti gambar di bawah ini. Jika P1, P2 dan P3 segaris, demikian juga P4, P5 dan P6, maka abc juga pasti segaris.


Yang mengesankan adalah membuktikan teorem ini tidak semudah kelihatannya. Meskipun menggunakan aritmetika dan aljabar sederhana, pembuktian teorema ini sangat ribet. Oleh karena itu, bagi yang berminat membaca silakan download di sini, karena saya malas menulis equationnya dengan Latex. Saya baru bisa membuktikannya dalam geometri Euclid. Apa mungkin berlaku juga dalam bidang lengkung?



Baca juga:

Pembuktian Carpets Theorem
Pembuktian Teorema Garis Simson
Pembuktian Teorema Pascal
Pembuktian Teorema Thales
Pembuktian √2 dan √3 adalah Bilangan Irasional
Selengkapnya...

Selasa, 09 Agustus 2011

Menghitung nilai π

Nilai π (dibaca pi, bukan phi) sering dikenal sebagai nisbah antara keliling dan diameter lingkaran. Berapapun besarnya lingkaran, nisbah K/D selalu konstan. Berikut beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendapatkan nilai π.


Cara Empiris (Metode Primitif)

Cara primitif ini adalah cara yang paling praktis bagi orang yang malas menghitung sekaligus yang paling ribet bagi orang yang malas bereksperimen. Yang dibutuhkan dalam metode ini ialah beberapa contoh benda lingkaran, benang dan mistar. Cukup dengan mengukur keliling dan diameter lingkaran benda-benda tadi, mencari perbandingan K/D, lalu dirata-ratakan, perkiraan nilai π bisa didapatkan.


Cara Geometri (Metode Archimedes)

Archimedes terilhami oleh poligon, dan beranggapan lingkaran adalah poligon juga, yakni segi-tak hingga beraturan. Ambil sebuah lingkaran berdiameter D (radius r = D/2). Selanjutnya, lingkaran dipecah menjadi n buah segitiga yang sama besar seperti yang diperlihatkan pada gambar.

Perhatikan bahwa θ = 360°/2n = 180°/n dan y = a/2.





Jadi, luas tiap segitiga:



dan luas total segi-n beraturan



Perhatikan lagi agar berlaku perbandingan geometri, maka luas lingkaran haruslah hanya bergantung kepada r, dengan kata lain

Untuk lingkaran (segi-tak hingga beraturan), ambil n = inf. Konstanta inilah yang kita sebut π.

Jika dihitung dengan mengambil pendekatan n = 1.109, didapatkan π = 3,141592653589793..., akurat hingga 15 angka di belakang koma.

Dari rumusan keliling lingkaran di atas, dapat kita turunkan rumusan luas lingkaran. Perhatikan bahwa luas lingkaran adalah jumlahan luas segmen segitiga. Mengingat tinggi tiap segitiga sama, yakni r = D/2 dan total panjang alas segitiga tidak lain ialah keliling lingkaran, diperoleh





Cara Kalkulus

Cara ini menggunakan teorema kalkulus, yaitu luas daerah di bawah kurva f(x) dari a sampai b sama dengan integral tertutup f(x) dari a ke b. Karena kita telah mengetahui rumus luas lingkaran

dan menurut teorema di atas tadi,

Di atas dituliskan L/2, karena luas lingkaran dua kali luas daerah di bawah kurva, yaitu belahan atas dan belahan bawah. Mengingat persamaan lingkaran x2 + y2 = r2, dihasilkan bentuk integral

yang memberikan

Bentuk di atas dapat diselesaikan menggunakan bantuan komputer. Menggunakan Matlab dengan linspace(a,b,n) dan fungsi trapz(x,y), jika diambil n = 1.000.000 didapatkan π = 3,14159265026..., akurat 8 angka di belakang koma. Menurut wikipedia, sampai dengan 50 desimal diperoleh

π = 3.14159 26535 89793 23846 26433 83279 50288 41971 69399 37510...

Kalau mau lebih teliti, berikut ini nilai π hingga 10.000 digit. Selengkapnya...

Sabtu, 09 Juli 2011

Pembuktian Teorema Pascal

          Perhatikan gambar di samping. Menurut Teorema Pascal, untuk sembarang segi enam tali busur, titik XYZ terletak dalam satu garis lurus dan saat ini kita akan membuktikannya. Pertama-tama kita buktikan terlebih dahulu jumlah sudut yang berselang satu sudut pada segi enam tali busur (semisal A + C + E atau B + D + F) selalu sama dengan 360°. Dengan teorema segiempat tali busur diketahui dua sudut yang berhadapan jumlahnya 180°, dengan demikian:
 
B + AFC = 180°
D + CFE = 180°

Didapatkan B + AFC + D + CFE = B + D + F = 360°. Demikian pula jika mengambil pasangan A-C-E. Jadi telah dibuktikan

A+C+E = B+D+F = 360°   .... (1)
 

Perhatikan segi empat CDEY (gambar atas), karena segi empat, jumlah sudutnya harus 360°.
y + (180° - E) + (360° - D) + (180° - C) = 360°
y = 360° – (180° - E) – (360° - D) – (180° - C)
y = C + D + E – 360°

ingat A + C + E = 360°, atau C + E = 360° - A, jadi:
y = (360° - A) + D - 360°
y = D – A    .... (2)


Berikutnya, perhatikan segitiga EYZ, diperoleh:
(180° - E) + (y + y’) + z’ = 180°
y’ = E – y – z’    .... (3)

Berikutnya lagi, perhatikan segitiga CYX, diperoleh:
(180° – C) + (y + y”) + x’ = 180°
y” = C – x’ – y   .... (4)

Setelah itu perhatikan segitiga XDZ, diperoleh:
x’ + z’ + D = 180°
x’ + z’ = 180° – D
-(x’ + z’) = D – 180°   .... (5)

          Nah, sekarang persenjataan telah lengkap, mari kita buktikan. Menurut Teorema Pascal, ketiga titik perpotongan dari perpanjangan rusuk segi enam tali busur yang saling berhadapan (titik X, Y dan Z) jika dihubungkan akan membentuk satu garis lurus. Bagaimana cara membuktikannya? Jika y’ + y + y” = 180°, maka jelas terbukti XYZ segaris.
Anggap y’ + y + y” = θ

Ingat persamaan (3) dan (4)
(E – y – z’) + y + (C – x’ – y) = θ
E + C – y – z’ – x’ = θ

Ingat persamaan (2) dan (5)
E + C – y – (x’ + z’) = θ
E + C – (D – A) + (D – 180°) = θ
E + C + A – 180° = θ

Ingat persamaan (1)
A + C + E = 360°
360° - 180° = θ
θ = 180°

Terbukti θ = y’ + y + y” = 180°, dengan demikian XYZ segaris.

          Tidak hanya sampai di situ, teorema Pascal juga berlaku pada geometri proyeksi, dengan kata lain teorema Pascal juga berlaku pada elips dan proyeksi lingkaran lainnya. Coba Anda lihat gambar di atas secara menyerong sampai lingkaran O terlihat elips (lebih baik melihat dengan satu mata). Garis XYZ tetap terlihat segaris. Jadi terbukti teorema Pascal juga berlaku pada geometri proyeksi.
Selengkapnya...

Minggu, 29 Mei 2011

Pembuktian Teorema Thales

Berdasarkan Teorema Thales, pada segitiga circumcircle dengan salah satu rusuknya melalui pusat lingkaran (dengan kata lain diameter lingkaran), maka sudut di depan rusuk itu selalu sama dengan 90°. Pembuktiannya sebenarnya sangat sederhana, perhatikan gambar:

Karena OA, OB dan OC sama panjang (radius lingkaran), maka segitiga AOB dan BOC pastilah segitiga sama kaki, dengan demikian dan . Mengingat jumlah sudut segitiga sama dengan 180°, maka:


Sederhana, bukan?

Selengkapnya...

Pembuktian Teorema Urquhart

Diberikan OA dan OB dua garis yang berpotongan di O dan A' suatu titik pada OA dan B' suatu titik pada OB. Namakan titik potong AB' dan A'B' dengan O'. Menurut Teorema Urquhart, OA + AO' = OB + BO' jika dan hanya jika OA' + A'O' = OB' + B'O'

Berikut pembuktiannya yang saya terjemahkan dan edit dari http://2000clicks.com/mathhelp/GeometryTriangleUrquhartsTheorem.aspx.

Beri nama α = AOO', β = OO'A, θ = O'OB, φ = OO'B. Dengan demikian OAO' = 180−α−β, OBO' = 180−θ −φ. Perhatikan segitiga OO'A dan OO'B, menggunakan aturan sinus:

OA = OO' sinβ / sin(180 − (α + β)) = OO' sinβ / sin(α + β)
O'A = OO' sinα / sin(180 − (α + β)) = OO' sinα / sin(α + β)
OB = OO' sinφ / sin(180 − (θ + φ)) = OO' sinφ / sin(θ + φ)
=O'B = OO' sinθ / sin(180 − (θ + φ)) = OO' sinθ / sin(θ + φ)

Kita lakukan pembuktian terbalik,









Lebih lanjut, gunakan identitas

atau


Substitusi a = α/2, b = β/2, t = θ/2, u = φ/2, didapatkan:



Dengan memanipulasi persamaan terakhir diperoleh





Terakhir, mengingat segitiga OA'O' dan OB'O' kita dapatkan OA'O' = φ−α, OB'O' = β − θ, OO'A' = 180 − φ, OO'B' = 180 − β. Dengan menerapkan aturan sinus:







Dari kelima persamaan terakhir diperoleh hubungan




Jadi terbukti OA + AO' = OB + BO' jika dan hanya jika OA' + A'O' = OB' + B'O'

Selengkapnya...

Jumat, 27 Mei 2011

Pembuktian Carpets Theorem

Di sini saya akan membuktikan Carpets Theorem (Teorema Carpet) atas permintaan dari pembaca blog saya, saudari Afifah Syifa. Untuk memudahkan, saya mengambil karpet persegi. Menurut Teorema karpet, luas daerah berwarna biru selalu sama dengan jumlah luas daerah yang berwarna merah, meskipun posisi titik \(E\) digeser sepanjang garis \(\overline{AD}\) dan titik \(F\) digeser sepanjang garis \(\overline{CD}\). Dengan kata lain \(BGHI = \Delta AEG + \Delta CFI + \Delta DEHF\)


Mula-mula kita notasikan:

$$ \left\{ \begin{matrix} \overline{AB} +\overline{BC}+\overline{CD}+\overline{DE} & = x\\ y+z & =x \end{matrix} \right. $$

Dengan memperhatikan gambar di atas serta mengingat rumus luas segitiga, diperoleh jalinan

\begin{align} \bigtriangleup ABE + \bigtriangleup CDE = \frac{xy}{2} + \frac{xz}{2} = \frac{x}{2}(y+z) = \frac{x^2}{2} \label{P1} \end{align} serta \begin{align} \bigtriangleup BCE = \bigtriangleup ABF = \frac{x^2}{2} \label{P2} \end{align} Dengan demikian, dipenuhi jalinan \begin{align} \bigtriangleup ABE + \bigtriangleup CDE = \bigtriangleup BCE \label{P3} \end{align} Kemudian perhatikan lagi bahwa \begin{align} \bigtriangleup ABE &= \bigtriangleup ABG + \bigtriangleup AEG \label{P4} \\
\bigtriangleup CDE &= \bigtriangleup FHI + DEHF + \bigtriangleup CFI \label{P5} \\
\bigtriangleup ABF - BGHI &= \bigtriangleup ABG + \bigtriangleup FHI \label{P6} \end{align}

Sekarang saatnya menyelesaikan pembuktian. Menyulihkan nilai \(\bigtriangleup ABF = \bigtriangleup BCE\) dari kesamaan (\ref{P2}) ke dalam persamaan (\ref{P6}), didapatkan

$$ \bigtriangleup ABG + \bigtriangleup FHI = \bigtriangleup BCE - BGHI $$

Menyulihkan nilai \(\bigtriangleup ABG\) dari persamaan (\ref{P4}) dan \(\bigtriangleup FHI\) dari persamaan (\ref{P5}) ke dalam ruas kiri persamaan di atas, diperoleh

$$ (\bigtriangleup ABE - \bigtriangleup AEG) + (\bigtriangleup CDE - DEHF - \bigtriangleup CFI) = \bigtriangleup BCE - BGHI $$ $$ \bigtriangleup ABE + \bigtriangleup CDE - \bigtriangleup AEG - DEHF - \bigtriangleup CFI = \bigtriangleup BCE - BGHI $$

Selanjutnya, menyulihkan persamaan (\ref{P3}) ke ruas kiri peramaan di atas, akhirnya didapatkan jalinan

$$ BGHI = \bigtriangleup AEG + \bigtriangleup CFI + DEHF $$ Terbukti!



(Penting, tanda "=" berarti luasnya sama, tidak harus kongruen)
Gambar saya edit dari animasi dari http://www.cut-the-knot.org/Curriculum/Geometry/CarpetsInSquare.shtml. Animasinya bisa langsung ke tkp atau ke applet geogebra ini.

Selengkapnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Perhatian! Semua tulisan pada blog ini merupakan karya intelektual admin baik dengan atau tanpa literatur, kecuali disebutkan lain. Admin berterima kasih jika ada yang bersedia menyebarkan tulisan-tulisan atau unggahan lain di blog ini dengan tetap mencantumkan sumber artikel. Pemuatan ulang di media online mohon untuk diberikan tautan/link sumber. Segala bentuk plagiasi merupakan pelanggaran hak cipta.