Senin, 25 April 2011

Teori Evolusi: Cacat karena Tidak Saintis atau Tidak Agamis?

          Beberapa hari yang lalu kebetulan dengar dua teman yang saling mendebat mengenai teori terciptanya makhluk hidup. Tentu saja ego bisa membuat kita tak mau kalau tidak kita yang menutup perdebatan, saking hebatnya kekuatan ego ini jam makan malam pun terlupakan. Berhubung saya janji dengan teman saya Yoko untuk nulis, jadi saya nulis tentang ini. Teori evolusi banyak dikecam, baik oleh agamawan, umat radikal, masyarakat umum sampai yang mengaku-ngaku ilmuwan. Sayangnya penolakan terhadap teori evolusi tidak diiringi dangan pemahaman, atau setidaknya pengetahuan tentang apa yang ditolak. Manusia lahir dari monyet? demikian jargon utama para anti-evolusionis kelas teri. Mungkin neneknya sendiri yang membuat pernyataan manusia lahir dari monyet, Darwin tidak pernah bilang begitu. Tapi anti-evolusionis kelas kakap lebih keren lagi, berusaha menyatakan argumen-argumen yang -- maaf -- sering amat dipaksakan, Mengutip kalimat dari mana saja asal cocok dengan teorinya, teori evolusi Darwin cacat! Bukankah begitu? Ya, teori evolusi memang cacat, entah seperti manusia yang kehilangan kedua kakinya, kehilangan sebelah tangan, atau hanya sekedar rabun, yang jelas itulah teori sains, sedikit banyak pasti ada cacatnya.

          Teori lawan yang lebih lawas pun muncul kembali ke permukaan, kreasionis, penciptaan spontan, Pencipta menciptakan hewan-hewan secara spontan, dari ketiadaan, tidak cuma sekali di awal, tapi di tiap-tiap zaman, alih-alih teori evolusi yang menyatakan keberagaman spesies berasal dari seleksi alam yang menyebabkan divergenisasi spesies yang terjadi secara alamiah. Sebagai intermediet, munculah teori penciptaan-evolusi: ada yang mencipta, tapi tidak secara spontan, melainkan melalui mekanisme tertentu, mungkin evolusi.

           Saya kira hampir kita semua sepakat, pencapaian melalui mekanisme yang panjang dan alami akan nampak lebih indah dari pada "from zero to hero". Tapi entah mana yang benar, saya cuma terpikir, mengapa darah harus dipompa oleh jantung? Mengapa darah tidak mengalir secara spontan? Mengapa bunga harus punya kelamin, tunggu penyerbukan dulu baru jadi buah? Mengapa pohon tidak membuat buah secara spontan, tidak perlu melalui bunga? Mengapa harus pohon dan laut yang mesti mendaur CO2? Mengapa tidak secara spontan CO2 berubah jadi O2 saja (soalnya kemampuan pohon terbatas)? Mengapa semua yang kita dapati penuh mekanisme? mengapa tidak ada yang terjadi secara spontan? Dan mengapa mekanisme alam yang rumit justru membuat kita terpukau, kagum? Itu pemikiran saya dari kacamata sains, secara spiritual mungkin lain lagi, tapi tak perlu saya tulis karena Anda cukup percaya pada versi Anda sendiri.

          Oke, kita kembali ke wacana, para ilmuwan cukup puas jika teori evolusi berada dalam ranah sains saja (ada juga sih yang nakal), tidak ngotot bahwa teori evolusi harus dimasukkan dalam agama, tetapi para kreasionis (macam pendukungnya Harun Yahya) umumnya ngotot penciptaan spontan harus dimasukkan dalam sains mengganti teori evolusi, padahal tidak semua hal, meski bisa benar sekalipun, dapat dikategorikan atau dimasukkan dalam sains. Sains haruslah dapat diindera, logis/dapat dinalar, sistematis, dan realistis (kalau sudah dibuktikan). Jadi sains berhak menolak objek-objek lain yang tidak memenuhi syarat-syarat meskipun hal itu memang benar adanya. Contohnya, sains berhak menolak kehadiran Tuhan dalam ranahnya, bukan berarti menolak eksistensi Tuhan, tetapi menolak intervensi teori-teori ketuhanan yang tidak cocok dengan syarat-syarat ilmiah. Nah, jadi kalau kita ditanya, "Bolehkah mengajarkan teori penciptaan spontan/kreasionis di sekolah-sekolah?" Tentu saja, silakan, asalkan dimasukkan dalam mata pelajaran agama atau sejenisnya, jangan dimasukkan dalam biologi atau cabang sains lainnya. Saya pribadi sama sekali tidak menentang pandangan penciptaan spontan, tapi jelas menolak jika pandangan itu mau dimasuk-masukkan ke ranah sains.

          Kita tidak mengingkari Tuhan, tapi jangan biarkan kita mencampuradukkan segalanya, nanti seperti jantung yang bocor, darah di bilik kiri dan kanan bercampur, biarkan keduanya berjalan pada jalurnya masing-masing. Jadi sains dan agama adalah dua hal yang bertentangan? Dengan keterbatasan pemahaman saya akan menjawab sains dan agama berangkat dari pangkal yang berbeda -- kalau tidak mau dibilang bertentangan, tetapi karena kenyataan haruslah hanya ada satu, maka pada ujungnya sains dan agama haruslah menyatu. Pertanyaan saya, sudahkan Anda melihat sains dan agama menyatu? Belum? Itu berarti pemahaman kita belum sampai ke ujung, belum ada apa-apanya,.Kita masih berlari-lari di awal, masih jauh dari finish. Kita berusaha belajar mencapai yang terbaik, mencapai ujungnya -- meskipun kita tahu, kita tak mungkin bisa sampai ke puncak.

13 komentar:

  1. bagi saya pribadi agama dan sains,berbeda jalan...seperti yg d alami Galileo,sampai peristiwa menentukan 1 syawal(maaf klo ada yg tersinggung)...Agama ada untuk mendamaikan agar manusia berakhlak(seperti kedatangan Kristus,Nabi Muhammad,Sang Budha,dsb),kasian agama jika terus d salahkan yang sebenarnya bukan ranah dari agama tersebut...thx

    BalasHapus
  2. Saya sepakat dengan Anda, postingan saya tidak ditujukan kepada agama atau sains secara umum, tetapi kepada para kreasionis(coba Anda Googling) yang berusaha merangsek masuk mencampuradukkan antara sains dan agama, dan postingan ini adalah komentar saya. Saya juga beragama dan tidak menentang teori penciptaan, selama berada di jalurnya sendiri. (Trims untuk komentarnya yang begitu loyal)

    BalasHapus
  3. jika begitu bakal ada perombakan dalam materi pelajaran sejarah.. wkwkwkwkwk

    http://www.youtube.com/watch?v=sCVph6bhyEk

    BalasHapus
  4. saya sudah lihat videonya dan waduh, jika berpatokan pada video itu saja, jelas t.e. cacat karena tidak agamis, bukan karena tidak saintis.

    BalasHapus
  5. ha ha ha...seru juga aku melihat video tersebut...tp sebagai orang yang ditakdirkan sebagai yang berpikir,sebaiknya kita tidak subjektif dalam satu hal saja(bukan berarti menolak doktrin agama selama ini tp terus mencari kebenaran mungkin sampai makrifat),andaikan zaman sebelumnya dah canggih berarti kita hanya mengulang2 kesuksesan sejarah d masa lalu...tanpa kita sadari otak kita juga evolusi dan revolusi dari hanya bisa 1 + 1 sampai
    konsep limit yang rumit dst...

    BalasHapus
  6. Ngomong-ngomong Pak bagaimana persiapannya, seleksi OAKK-nya tinggal hitung hari lho..

    BalasHapus
  7. wahh...sebenarnya masih belum maksimal rasanya...tp what to be done...itulah yang bs diberikan dulu,karena baru pertama kali,semoga tahun depan bs lebih baik,klo boleh tanya,penentuan umur bulan masehi kok ada 30,31,28 pada bulan februari berdasarkan apa?trims...

    BalasHapus
  8. @ STD: Coba cari di en.wikipedia. yang penting satu tahun = 365 hari, 12*30=360, masih ada 5 hari yang harus ditambahkan. Bulan Februari tinggal 28 hari juga ada sejarahnya,silakan di search ^^

    BalasHapus
  9. Yang menjadi perbedaannya bukanlah sains dan agama. Tapi hal yang signifikannya antara sains dan teori(hipotesis). Teori itu belum ada pembuktiannya secara realitas dan mutlak karena sifatnya masihlah suatu pikiran landasan untuk mencapai pembuktian. Sehingga banyak para ilmuan yang mempunyai pemikiran atheis mendoktrin teori darwin adalah benar dan harus diterbitkan di buku anak-anak. Bahkan etika peneliti banyak yang berbohong contoh buktinya dengan memadukan kerangka2 hewan dan mengaku itu adalah dinosourus.

    Hal inilah yang harus kita kaji ulang. Bahwa teori itu belum bisa dikatakan sebagai sains karena belum ada sifat sains itu sendiri. Karena belum di buktikan kebenarannya.

    Selain itu perlu diingat sains tanpa agama itu cacat. Maka sebaliknya agama tanpa sains itu nol(tidak ada apa-apa). Kalau anda bilang sains dan agama itu adalah dua arah yang tidak bisa di padukan maka anda sepenuhnya salah. Karena agama itulah yang melahirkan ilmu seperti banyak contoh dalam Al-quran. Maka sebaliknya, agama itu lahir dari ilmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda juga harus berpikir kritis banyak sekarang ilmuan terkenal contohnya Hawkins dan Einstein. Seperti dalam film The Genius Einstein dan The theories of everythings, bahwa mereka pada akhirnya mengaku kepada publik bahwa tuhan itu memang betul adanya. Karena hakikat dasarnya sains itu agar mendekatkan diri ke pada sang pencipta serta mencari eksistensinya dengan melakukan penelitian atas kebesaran hasil penciptanya.

      Makanya pemikiran orang2 beginilah yang selalu memadukan ilmu dengan agama selalu di terima oleh publik. Karena hanya orang2 bepikiran beginilah yang mampu mempertajam pikiran dan menanamkan moral2 pada generasi selanjutnya.

      Hapus
    2. Nampak bahwa Anda masih tidak paham perbedaan antara makna teori secara umum, teori ilmiah, hipotesa, hukum, dan postulat. Teori ilmiah adalah produk dari sains.

      Teori evolusi belum bisa dikatakan sebagai sains? Tanyakanlah pada saintis, utamanya ahli biologi. Teori evolusi telah memiliki banyak bukti-bukti parsial. Meskipun tidak menjamin teori evolusi 100% benar, teori evolusi adalah teori terbaik yang dapat menjelaskan perkembangan dan variasi bentuk kehidupan di Bumi. Di sisi lain, apa bukti dari kreasionisme? Setidaknya, bagaimana cara membuktikan bahwa kreasionisme itu benar atau salah?

      "Sains tanpa agama itu cacat" itu hanyalah sekedar jargon. Silakan contohkan teori ilmiah yang lahir dari kitab suci. Praktik yang umum adalah ilmu pengetahuan berkembang secara independen lalu sebagian orang mencocok-cocokkan teori ilmiah dengan membuat interpretasi pada ayat-ayat kitab suci.

      Hapus
    3. Ya, sekarang banyak orang yang tidak mempelajari metode ilmiah dan berkecimpung dalam kerja ilmiah namun merasa layak memberitahu "hakikat sains itu ini", "sains itu mestinya begini", "ini bukan teori sains", bla bla bla.

      Hobi mengarang-ngarang pernyataan dengan mencatut nama orang besar, kadangkala namanya saja salah tulis. Kalau yang Anda maksud sebagai "Hawkins" adalah Stephen Hawking, beliau adalah seorang ateis. Silakan cantumkan bukti kalau beliau memang pernah mengakui bahwa tuhan memang betul ada. Einstein sendiri adalah seorang deis atau barangkali panteis. Beliau mempercayai Tuhan non-personal namun mengingkari tuhan personal, barangkali seperti konsep ketuhanan Anda.

      Di sisi lain, ada ilmuwan besar yang beragama Kristen, Islam, Yahudi, dll. Dalam dunia ilmiah, kepercayaan Anda adalah urusan pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kerja ilmiah.

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Perhatian! Semua tulisan pada blog ini merupakan karya intelektual admin baik dengan atau tanpa literatur, kecuali disebutkan lain. Admin berterima kasih jika ada yang bersedia menyebarkan tulisan-tulisan atau unggahan lain di blog ini dengan tetap mencantumkan sumber artikel. Pemuatan ulang di media online mohon untuk diberikan tautan/link sumber. Segala bentuk plagiasi merupakan pelanggaran hak cipta.