Selasa, 15 Mei 2018

Terorisme dan Penyangkalan

Aksi terorisme kembali melanda Indonesia. Pada Minggu, 13 Mei 2018 bom bunuh diri terjadi di tiga gereja di Surabaya, 13 korban tewas (6 diantaranya pelaku) dan 43 korban luka. Keesokan harinya, 14 Mei 2018 aksi bom bunuh diri kembali terjadi di Polrestabes Surabaya. Korban tewas berjumlah empat orang, yang semuanya adalah pelaku aksi, dan 10 orang terluka. Kedua aksi ini masing-masing dilakukan oleh satu keluarga, termasuk anak kecil.

Dari media massa, kita bisa menyaksikan tingkah elit politik yang kekanak-kanakan. Kita juga bisa melihat reaksi dan tanggapan orang-orang dengan membaca komentar di media daring serta kiriman dan komentar warganet di media sosial. Sebagian orang menganggap bahwa peristiwa semacam ini hanya rekayasa polisi dan pemerintah sebagai pengalihan isu ini dan itu, sebagaimana yang terjadi pasca bom Thamrin Jakarta pada 2016 silam. Kejadiannya di saat seperti itulah, mayatnya hanya bonekalah, dan sebagainya. Well, tidak ada lagi yang bisa saya tanggapi dari orang-orang dari jenis ini. Kebencian sudah menutup hati dan pikirannya.

Bom bunuh diri di Surabaya, 13 Mei 2018.
Sumber: https://www.viva.co.id/berita/nasional/1035769-jasad-bocah-kecil-ledakan-bom-surabaya-ternyata-evan

Sebagian orang lagi tidak menyangkal sampai sejauh itu, namun berkelit dengan menyatakan aksi teror itu adalah konspirasi, skenario pihak Zionis, Amerika Serikat, komunis, Syiah atau apalah yang ingin menjatuhkan citra Islam. Sebagian di antara jenis ini bahkan begitu menghayati menjadi korban sampai-sampai tidak menunjukkan rasa simpati terhadap keluarga korban. Barangkali memang ada pihak lain yang turut diuntungkan atas aksi teror ini, namun para pelaku teror di Indonesia jelaslah bukan zionis, komunis, simpatisan Amerika dan semacamnya. Apa mereka tidak pernah menonton berita dan melihat bagaimana para terpidana teroris dengan bangga mengaku muslim serta meneriakkan takbir saat di pengadilan atau kesempatan lainnya? Apa mereka tak pernah melihat tersangka teroris begitu berapi-api menyampaikan cita-citanya tentang Islam dan pandangannya tentang jihad? Apa mereka tidak pernah melihat orang-orang yang menyambut jenazah terpidana teroris sebagai mujahid di berita? Silakan cek wawancara mantan napi terorisme yang bertobat. Simpulkan sendiri dengan akal Anda apakah mereka menjalankan rencana dari Amerika dan Zionis ataukah justru Amerika dan Zionis adalah musuh mereka.

Sebagian kelompok lagi yang masih punya nurani jelas mengutuk aksi teror semacam itu. Namun, mereka sepertinya tidak mampu menerima kenyataan bahwa tindakan terorisme itu dilakukan oleh saudara seimannya dengah motif agama. Pernyataan “teroris tidak punya agama”, “teroris itu ateis”, “terorisme tidak ada kaitan sama sekali dengan Islam”, dan sebagainya pun dilontarkan. Lha, kenapa malah ateis yang disalahkan? Bagaimanapun saya cukup memaklumi, mungkin pernyataan yang melempar beban ke pihak lain itu respon dari rasa kecewa, minder, atau rasa bersalah terhadap “diri” sendiri. Tapi coba dipikirkan lagi. Sampai saat ini, saya percaya bahwa aksi terorisme itu tidak ada dalam AJARAN Islam. Namun, ajaran dapat ditafsirkan dengan cukup bervariasi. Penafsiran dan pandangan ekstrem yang pro terhadap terorisme itu tidak bisa disangkal tumbuh dalam sebagian komunitas muslim (yang barang tentu tak boleh digeneralisasikan). Benar-tidaknya penafsiran mereka terhadap al Quran dan Hadits ya silakan Anda yang muslim nilai sendiri. Jika Anda sepakat bahwa penafsiran semacam itu menyimpang maka tolong disebarkan. Andalah yang dapat menekan penyebaran paham yang dapat mencoreng citra agama kalian sendiri.

Tentu saja, ekstremisme bisa dilatarbelakangi oleh agama apa saja, Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan lainnya. Barangkali, sebagian agama punya kecenderungan menjadi medium yang lebih subur bagi perkembangan paham ekstremis dibandingkan agama lainnya. Namun, kita memerlukan data untuk menyimpulkan hal semacam ini. Adapun di Republik ini, faktanya aksi terorisme yang terjadi sebagian besar dilakukan atas nama Islam (kemungkinan semata-mata karena muslim adalah mayoritas di Indonesia). Anda bisa menyangkal bahwa aksi ekstremisme dan terorisme diajarkan dalam Islam, tapi bagaimana Anda menyangkal bahwa paham semacam itu nyata-nyata ada dalam dakwah Islam? Suatu praktik yang dilakukan suatu kelompok dalam Islam?

Saya menduga motif agama berperan sangat kecil bagi sebagian besar elit pusat jaringan teroris internasional. Namun semakin ke bawah, ke elit regional, perancang aksi, sampai ke eksekutor, motif agama itu memiliki peran yang samakin besar. Siapa yang mau bergabung dengan jaringan terorisme kalau tidak diiming-imingi dengan sesuatu? Dan apa iming-iming terbaik kalau tidak terkait harta atau agama? Saya teringat dengan wawancara dengan trio bomber bali di tahun 2002. Beberapa wawancara dengan napi terorisme lain dengan mudah Anda temui di internet (video atau transkrip). Silakan disimak, apakah mereka melaksanakan aksinya karena motif agama atau bukan. Yang jelas, penyangkalan atas fakta tidak akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.



Video wawancara Imam Samudra, Amrozi, Ali Ghufron,
https://www.youtube.com/watch?v=Kk_TOI5b0tk
https://www.youtube.com/watch?v=KegO56itXDY
https://www.youtube.com/watch?v=vXQ44ykASwE

Dian Yulia Novi dan Nur Solihin, rencana bom istana 2016
https://www.youtube.com/watch?v=_OVvkjd1be0
https://www.youtube.com/watch?v=WMzRgv9XkVo

Penyambutan jenazah Santoso
https://www.youtube.com/watch?v=6NJ75RntI5A

Wawancara dengan Abu Bakar Ba’asyir
https://www.youtube.com/watch?v=byZqJwMQ5OA
https://www.youtube.com/watch?v=KWEhhlaQDHc

Wawancara dengan Khoirul Ghazali
https://www.youtube.com/watch?v=ZQhx9EGnleQ

Wawancara dengan Ali Imron
https://www.youtube.com/watch?v=0wt61XonrBQ


2 komentar:

  1. justru ideologi agamalah yg dijadikan senjata utama dalam cuci otak untuk mendapat anggota baru mereka (isis),namun jelas ideologi tersebut dilebih2kan,padahal agama mengajarkan kebaikan,dan tujuan utama berdasarkan pengamatan saya jika isis menginginkan minyak (fakta: israel beli minyak dari isis) dan untuk menutupi semua sisi gelap elite politik dibarat mereka membuat keresahan diberbagai negara agar ideologi yg ditanamkan semakin kuat dimata anggotanya padahal jelas Untuk memuluskan aksinya, Al-Baghdadi direkayasa terlibat dalam gerakan militer dengan menciptakan kelompok-kelompok ekstrimis di negara-negara yang dianggap sebagai ancaman Israel: Irak, Sudan, Mesir, Tunisia, Suriah, dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti yang saya katakan di atas, agama adalah faktor dominan di tingkat mengengah ke bawah, termasuk fase perekrutan yang Anda sebut. Untuk tingkat elitnya, saya kira motifnya jauh lebih kompleks. Setiap anggota jaringan tidak mesti punya motif yang 100% seragam.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Perhatian! Semua tulisan pada blog ini merupakan karya intelektual admin baik dengan atau tanpa literatur, kecuali disebutkan lain. Admin berterima kasih jika ada yang bersedia menyebarkan tulisan-tulisan atau unggahan lain di blog ini dengan tetap mencantumkan sumber artikel. Pemuatan ulang di media online mohon untuk diberikan tautan/link sumber. Segala bentuk plagiasi merupakan pelanggaran hak cipta.