Membahas hukum II termodinamika memang nggak ada habis-habisnya. Pun dengan inflasi, sebagai salah satu hal yang paling saya takuti di dunia ini. Bagaimana kita bisa menabung dengan tenang di bawah ancaman inflasi? Tabungan kita nggak lari ke mana, tetapi nilai tukarnya jadi anjlok. Jika tahun ini kita menyimpan uang di lemari katakanlah satu juta rupiah (yah, saat ini masih bisa dipakai beli external harddisc 512 Gb, atau ponsel kamera kualitas standar, atau buku Fisika-nya Giancoli lengkap dua seri) dan kita tidak mengganggu gugat tabungan itu sampai dua puluh tahun kemudian. Nah, dua puluh tahun kemudian Anda menengok uang satu juta itu, apa yang Anda pikirkan? Ah, paling juga hanya bisa beli beras 2 liter. Nggak percaya? Berikut penelitian kecil-kecilan akhir pekan yang saya lakukan tentang inflasi dengan membandingkan data harga barang-barang saat ini dengan dua puluh tahun yang lalu.
Nama
barang
|
Harga 20
tahun lalu (dalam Rupiah)
|
Harga
sekarang (dalam Rupiah)
|
Perbandingan
harga dalam 20 tahun
|
beras 1
liter
|
350
|
7.000
|
20
|
Susu
kental manis 1 kaleng
|
1.500
|
10.000
|
5,6
|
Gula pasir
1 kg
|
1.500
|
12.000
|
8
|
Emas 23
karat1 g
|
10.000
|
>400.000
|
40
|
Ongkos
becak ± 1 k m
|
300 – 400
|
7.000
|
20
|
Tiket
kapal laut MKS – SBY (kelas ekonomi)
|
15.000
|
200.000
|
13
|
Indomie
satu bungkus
|
150
|
1.500
|
10
|
Ikan
ketambak 1 takaran
|
500
|
10.000
|
20
|
Kangkung 1
ikat
|
50
|
1.500
|
30
|
TV CRT 21”
|
1.500.000
|
∼14.000.000
|
33
|
Minyak
goreng 1 L
|
1.500
|
10.000
|
5,6
|
Waw! Anda lihat? Oke, harga-harga di atas memang daftar harga secara kasar, tapi cukup mampu untuk menunjukkan besarnya inflasi dalam dua puluh tahun ini. Perbandingan rata-rata harga sekitar 15 kali lipat, atau naik 1600%.
Nah, sekarang mari kita kaitkan dengan hukum II termodinamika. Penting untuk mengetahui bahwa ini bukan sekedar dihubung-hubungkan, tetapi memang berhubungan. Anda dapat dengan mudah menemukannya jika membaca literatur tentang ekonofisika. Kembali ke hukum termodinamika, baiknya kita membahas terlebih dahuli hukum yang pertama yaitu
U adalah energi dalam sistem, yakni energi yang masih tersimpan dalam sistem. Q adalah kalor yang diberikan dari lingkungan ke sistem, semakin banyak kalor diberikan maka semakin besar pula energi dalam sistem (makanya diberi tanda [+] dalam persamaan). W adalah kerja yang dilakukan oleh sistem ke lingkungan, yang berarti kerja ialah pembuangan energi dari sistem. Makin banyak kerja yang dilakukan makin kecil pula energi dalam yang tersisa (makanya kerja diberi tanda [-]). Jadi U, Q, dan W semuanya ialah besaran energi, sehingga secara makroskopis energi sistem haruslah kekal. Tetapi terdapat perbedaan-perbedaan bentuk energi dalam sistem – lingkungan, yang saling berkait satu sama lainnya.
Kita lanjut ke hukum II termodinamika. Berikut beberapa definisi hukum tersebut yang paling terkenal.
- Tidak mungkin membuat suatu mesin yang efisiensinya mencapai 100% (Kelvin – Planck).
- Panas tidak mungkin merambat secara spontan dari tempat bersuhu rendah ke tempat dengan suhu lebih tinggi (Clausius – Clayperon).
Bayangkan sebuah kawat bersuhu 70 °C dibiarkan di ruang terbuka, maka tanpa memberikan energi apa pun suhu kawat pada akhirnya menjadi sama dengan suhu lingkungan. Tetapi kita tidak akan mungkin menemukan kalor akan berpindah secara spontan dari lingkungan ke kawat hingga suhunya kembali menjadi 70 °C. Diperlukan usaha tambahan dari manusia misalnya untuk memberikan kalor misalkan dengan membakar kawat itu atau memukul-mukulnya. Nah, jika tadi Anda tak perlu melakukan apa-apa untuk mendinginkin kawat, tetapi Anda memerlukan usaha untuk kembali menaikkan suhu kawat. Inilah yang dimaksud dengan efisiensi tidak akan mungkin menjadi 100%.
Nah, dengan menggunakan persamaan hukum II termodinamika, maka dapat kita tuliskan
Dengan Q harga barang, dan T nilai mata uang. Perubahan harga barang dengan nilai mata uang di dunia ini dalam rantang waktu yang cukup panjang hampir selalu (kalau tak mau dibilang selalu) bernilai positif, dengan demikian ‘inflasi’, S cenderung bertambah. Perubahan harga barang terhadap nilai mata uang biasa juga disebut perubahan nilai tukar mata uang. Jika lebih besar daripada 1 disebut inflasi, dan jika lebih kecil daripada 1 disebut deflasi (hanya mungkin terjadi dalam selang yang singkat).
Bagaimana cara menghantikan atau setidaknya menghambat laju inflasi? Well, mungkin para ekonom lebih tahu daripada fisikawan ^^. Tetapi sekiranya inflasi tak mungkin dihentikan. Mengapa? Berikut beberapa penyebab inflasi.
Kelangkaan barang, dapat dikarenakan karena kelangkaan faktor produksi (alam, modal, tenaga kerja, dan skill), penimbunan barang, pengendalian pasar secara monopoli, atau permainan kotor lain dari pengusaha busuk.
Meningkatnya jumlah uang yang beredar di masyarakat, menyebabkan penawaran yang makin tinggi sehingga harga semakin naik. Demikian pula perputaran uang dalam pasar berpengaruh terhadap signifikansi inflasi. Ekspektasi, kecemasan, atau trend yang berkembang dalam masyarakat terhadap mata uang dan barang produksi sedikit banyak juga berpengaruh terhadap inflasi.
Nah, jadi bagaimana cara agar dapat menghambat laju inflasi atau meminimalkan dampak inflasi? Salah satunya [mungkin] ialah dengan lebih memilih berinfestasi ketimbang menabung di bank. Bagaimanapun, baiknya kita bertanya pada ekonom yang dapat dipercaya ^^.
setelah lama ngebloging dengan entri kosmologi tibalah sy di blog ini ..
BalasHapusterima kasih banyak, krn masih ada org" yg mau membagi ataupun sekedar menuangkan ide-ide tulisannya, mungkin krn di dasari rasa ingin tau yg tinggi atau sekedar buat kesenangan memposting belaka ... tp saya rasa buku tentang astronomi dan astrofisikanya yg sy sempat download ini sangat menarik untuk kaum awam seperti (saya) ini ... saya lebih tertarik lagi pd bidang ilmu kosmologinya yg saya rasa di bukunya ini perlu di perluas lagi .... semoga penulis dapat mengadakan edisi ke 4 nya lagi ... thanks ..
Terima kasih banyak ^^
HapusTentu saja saya ngeblog untuk berbagi pemikiran dan pengetahuan. Tentang bukunya memang ada rencana mau dibikin lagi revisinya, tetapi nggak ada cukup waktu berhubung saat ini juga sementara membuat buku tentang kalkulus. Doakan saja semoga niatan membagi ilmu dengan gratis ini tetap terjaga ^^.
Kalau Anda punya blog juga silakan ditinggalkan alamatnya ya?
sama-sama
BalasHapuskalkulus, sepertinya asik juga ... semoga bukunya cepat dipublish dan dapat membantu saya lebih memahami *keindahan seni berfikir seperti kata (dosen) saya ... sebenarnya saya ada pertanyaan, (semoga admin bs membantu) jika saya melaju melebihi kecepatan cahaya apakah saya bisa menolek ke cermin melihat bayangan saya?
maaf saya ga punya blog
Ah, variasi teka-teki Einstein. Mungkin maksudnya kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya?
HapusSebenarnya problem ini sedikit lebih rumit daripada kelihatannya. Problem ini tentang kesahihan penggunaan kerangka inersial. Berdasarkan Teori relativitas, laju cahaya bersifat tetap (invarian) terhadap sembarang pemilihan kerangka inersial.
Anda bilang menoleh, mungkin maksudnya Anda bergerak ke depan dan cermin ada di belakang Anda. Nah, pertanyaan saya, apakah cerminnya ikut bergerak bersama Anda atau tidak? Jika cerminnya diam, Anda tetap dapat melihat bayangan Anda seperti biasa. Jika cermin ikut bergerak bersama Anda, bayangan tetap akan tetap ada, tetapi dengan perubahan panjang gelombang cahaya. Bagaimanapun, jika bergerak secepat cahaya sebenarnya Anda dan cermin akan terurai terlebih dahulu (mati) sebelum sempat melihat cermin.
Jika soalnya memang lebih cepat dari cahaya, saya tak tahu. Sampai saat ini belum ditemukan partikel yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya.
emmmm msih bingung lagi apakah cahaya itu bersifat gelombang atau kuantisasi kuantisasi yg biasa di sebut foton? atau kah cahaya itu bersifat "dualisme"
BalasHapus