Alkisah pada zaman dahulu kala, tepatnya waktu saya kelas satu atau dua SD, mungkin juga tiga, saya tidak mengikuti mata pelajaran kertakes alias kertasen, alias KTK, alias SBK (istilah ini nggak ada waktu saya SD dulu kayaknya). Waktu itu bu guru (mungkin pak guru, saya lupa) menginformasikan pelajaran untuk minggu depan adalah kerajinan lipat-melipat kertas alias origami – tapi nggak pakai kertas origami. Waktu itu nggak jaman pakai kertas origami, kita pakai yang lebih besar: kertas marmer, bisa dipotong seenak perut. Teman saya memberi informasi untuk membawa kertas marmer yang sudah dipotong dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 20 cm saat kelas minggu depan. Berhubung nggak ada uang lagi untuk beli kertas marmer berwarna-warni, terpaksa sampul buku saya jadi korban (jaman SD dulu buku catetan mesti disampul segala dengan kertas marmer sampai kelas enam, mungkin bapak/ibu guru menyangka kita terlalu bodoh membedakan buku catetan sendiri ;).
Oke, jadilah saya membuat potongan-potongan kertas origami sesuai ukuran yang dikatakan teman saya itu, panjang 10 cm dan lebar 20 cm. Sehari sebelum kelas kertasen berikutnya saya mendapatkan informasi yang menggemparkan kehidupan bersekolah saya saat itu dari seorang teman lain. Katanya ukuran kertas lipatnya panjang 20 cm dan lebar 10 cm. Tentu saja saya berang bukan kepalang pada teman saya yang memberikan informasi sesat itu, mengingat sampul buku sudah jadi korban.
Saya | : | “Kata teman-teman yang lain ukurannya panjang 20 senti lebar 10 senti, yang kamu bilang keliru Jack”. |
(karena nggak ingat namanya saya sebut saja Jack) | ||
Jack | : | “Lho, memang betul. Panjangnya 10 senti lebarnya yang 20 senti”. |
Saya lalu memanggil salah satu teman saya yang memberikan informasi yang berbeda dari Jack, sebut saja namanya McCarthy.
McCarthy | : | “Aiih… salahko Jack”. |
”Bu guru (mungkin pak guru) bilang panjangnya yang 20 senti, bukan lebarnya” |
Maklum anak kecil (saya juga sih), mereka pun mengeluarkan kertas lipatnya sebagai bukti argumen. Ternyata saudara-saudara, kertas lipat Jack warnanya biru sedang punyanya McCarthy warna merah! Oke, maksud saya kertas lipat keduanya ukurannya persis sama. Perdebatan pun berhenti, namun mulai saat itu saya, Jack dan McCarthy mulai menyelami misteri tentang panjang dan lebar. Silakan tertawa, saya sekarang juga menertawakan diri saya dulu, masa bisa-bisanya nggak tahu keduanya itu sama? Ya, namanya juga masih lugu dan polos.
Well, maaf kalau ceritanya kurang berkesan atau terkesan garing. Cuma sekedar teringat betapa sering saya dan orang-orang di sekeliling saya terlibat perdebatan yang sebenarnya tak perlu. Hanyalah kedangkalan pikiran yang membuat kita memperdebatkan dua hal yang sebenarnya sama namun kemasannya saja yang berbeda. Hanyalah ego yang membuat kita memperdebatkan selera. Tak perlu lagi kita meributkan inkonsistensi dialektis, kaidah linguistik, artistik, lipstik, diskotik, Patrick, dan tetek bengek lainnya. Kita mesti tahu, perdebatan ini cukup sampai di sini saja.
lama ku menunggu akhirnya bintang itu nongol juga
BalasHapusNur ini, ternyata yang diperhatikan si Patricknya toh..
Hapus