Minggu, 07 Oktober 2012

Rasio Kumulatif dan Peluang Teoritis

Jika Anda melempar sebuah koin, berapakah peluang muncul sisi yang bergambar garuda? Karena uang koin punya dua sisi (mengabaikan kemungkinan uang koin bisa jatuh dalam keadaan berdiri), maka kemungkinan keadaannya hanya dua, yakni yang menghadap ke atas ialah sisi bergambar garuda atau sisi bergambar angka. Jadi, dengan cukup yakin kita dapat mengatakan peluang munculnya sisi bergambar garuda ialah p = ½. Jadi dapat kita tuliskan bila x = kemungkinan kejadian yang dicari dan X jumlah semua kejadian yang mungkin maka peluang dari kejadian,


Tapi apakah ini berarti jika Anda melempar koin dua kali, maka sisi bergambar garuda pasti akan muncul sekali? Apakah bila Anda melempar koin sepuluh kali maka sisi bergambar garuda pasti akan muncul lima kali?

Tentu saja tidak! Teori peluang hanya menggambarkan keadaan yang paling mungkin terjadi, dan kita tidak bisa membenarkan rasio kemungkinan dalam kejadian tunggal (atau hanya beberapa kejadian). Jadi saat kita melempar koin sepuluh kali, bisa saja sisi yang bergambar garuda hanya muncul empat kali, sekali, atau bahkan tidak muncul sama sekali. Berapa besar kemungkinan sisi garuda muncul empat kali, sekali, atau bahkan tidak muncul ini disebut distribusi peluang, dengan kata lain “peluang dari peluang”. Meskipun demikian, kita dapat mempercayai hitung-hitungan peluang itu bila kejadiaanya dilakukan berulang-ulang, makin banyak makin baik. Makin banyak kejadian terjadi, maka hasilnya akan semakin mendekati teori peluang klasik. Misalnya dalam empat pelemparan bisa saja sisi bergambar garuda tidak muncul sekalipun, tetapi jika kita melakukan pelemparan sebanyak N = 10.000 kali, nampaknya sisi garuda akan muncul sebanyak n kali di mana n/N ≈ ½ (sekitar 5.000 kali).

Di sini saya memberikan contoh rasio kemunculan sisi bergambar garuda untuk pelemparan sebanyak 200 kali.

Rasio kemunculan sisi garuda dalam N lemparan didefinisikan sebagai

Dengan n = banyak munculnya kejadian yang dicari dalam N kejadian dan N = total seluruh kejadian. Alih-alih melempar betulan koin sebanyak 200 kali, saya menggunakan generator bilangan acak dari Matlab.

Skrip Matlab Rasio Kumulatif:
clear;
disp('Grafik Rasio Kumulatif Pelemparan Koin');
n=input('masukkan jumlah pelemparan: ');
x=1:1:n;
X=rand(1,n);
[b,k]=size(X);
Y=X;
for j=1:k
    if Y(1,j)<0.5
        Y(1,j)=0;
    else
        Y(1,j)=1;
    end
end
Z=Y;
for j=1:k
    Z(1,j)=sum(Y(1,1:j))/j;
end
P=0.5*ones(1,n);
plot(x,Z,x,P); grid on
xlabel('lemparan ke-'); ylabel('Rasio kumulatif');
r=sum(Y)/n;
disp('rasio kemunculan sisi Garuda = '); disp(r);
y=1;t=0;
T=input('ingin melihat data pelemparan? (y/t)');
if T==1
    disp(Y)
else
    disp(' ');
end

Mari kita lihat beberapa grafiknya.

Jadi dari grafik rasio tadi diperoleh makin besar nilai N (makin banyak kejadian), maka nila R akan semakin mendekati p. Jadi, jangan mengharapkan hasil yang sesuai dengan teori peluang bila kejadiannya hanya beberapa kali.



Selengkapnya...

Minggu, 16 September 2012

Hukum Radiasi Planck

Hukum radiasi Planck untuk benda hitam merupakan persamaan yang sangat indah, dan juga memberikan hasil yang sesuai dengan eksperimen. Karena tidak ada waktu yang cukup untuk membuat mukadimah yang panjang, silakan unduh penjabaran hukum radiasi Planck mulai dari penurunan persamaannya berdasarkan asumsi-asumsi, penurunannya ke persamaan Stefan-Boltzmann, dan hukum pergeseran Wien di sini. Di situ saya menjelaskannya dengan cukup lengkap, meskipun tidak terperinci sekali. Setidaknya, lebih jelas dari pada kebanyakan buku teks yang Anda punya.

Untuk membacanya secara langsung, silakan dilihat via Scribd embbedding di bawah ini.


Radiasi Benda Hitam

Selengkapnya...

Konsep Persamaan Diferensial

Buku yang baik adalah buku dengan pengantar yang mampu menjembatani pemahaman kita tentang suatu materi dengan konsep yang ingin dijabarkan oleh buku tersebut. Utamanya buku-buku fisika dan matematika, bila buku tadi memiliki pengantar yang tidak memulai penjelasannya dari sebatas mana pengetahuan kita berarti buku itu memang tidak ditujukan untuk tingkatan kita. Tetapi bila penulis buku mengklaim bukunya sesuai untuk suatu tingkatan akademik dan kita berada di tingkatan yang dimaksud – dengan kemampuan yang cukup pula, tidak juga mengerti dari mana konsep materi si buku bermula, berarti buku itu tergolong buku yang “buruk”.

Ini adalah pengalaman saya saat berkenalan dengan yang namanya persamaan diferensial (PD) sekitar lima tahun lalu. Saya tidak dapat memperoleh buku-buku yang mampu mengantar pemikiran saya dari konsep matematika yang saya pahami menuju konsep persamaan diferensial. Alhasil, saat-saat pertama saya mencoba menghapal saja formulasi matematisnya tanpa memahami konsepnya, dan persamaan diferensial benar-benar mengerikan! Oleh karena itu, di sini saya akan mencoba memberikan sedikit perspektif dan pengantar menuju apa itu persamaan diferensial. Yang akan saya bahas disini tidak lengkap, tetapi lebih ke pengantar menuju pengantar-yang-ada-di-buku-buku-matematika.

Oke, saat kita ingin mempelajari persamaan diferensial, pastinya kita harus sudah memahami kalkulus diferensial. Di sini akan saya mulai dengan fungsi y(x) = C ekx. Turunan fungsi y terhadap x ialah y’(x) = Ck ekx. Dengan demikian kita memperoleh hubungan

Whoiila!! Ini adalah contoh dari persamaan diferensial. Persamaan di atas bernilai benar bila y = C ekx. Mengingat hanya fungsi eksponensiallah yang turunannya sama dengan fungsi awalnya, kita dapat yakin fungsi y(x) = C ekx merupakan solusi tunggal dari PD y’ – ky = 0.

Sekarang tinjau fungsi y(x) = C1 sin(kx), turunan pertamanya ialah y' = C1k cos(kx) dan turunan keduanya y’’ = -C1k2 sin(kx). Dari fungsi awal dan turunan kedua-nya, dapat diperoleh hubungan

Ini juga contoh dari persamaan diferensial orde dua (orde menandakan turunan tertinggi yang terdapat dalam PD). Jadi PD di atas benar jika y = C1 sin(kx). Dengan demikian, y = C1 sin(kx) merupakan salah satu solusi dari PD tadi. Kok salah satu? Ya karena terdapat solusi lain yang mungkin, yakni y = C2 cos(kx). Turunan ke-dua dari y = C2 cos(kx) ialah y’’ = -C2k2 cos(kx) yang bila di substitusikan juga memenuhi PD yang ke-2. Jadi PD itu memiliki dua solusi. Mengingat sifat linear operasi diferensial terhadap penjumlahan dan pengurangan

Maka kedua solusi yang mungkin itu dapat kita gabungkan menjadi y = C1 sin(kx) + C2 cos(kx). Jika solusi sebenarnya dari suatu problem hanya memuat suku sinus saja, maka C2 sama dengan nol, begitu pula sebaliknya. Jadi solusi dari PD y’’ + k2y = 0 ialah y = C1 sin(kx) + C2 cos(kx).

Kemudian bila kita mengambil fungsi y = C1 sinh(kx), yang turunan ke-duanya ialah y’’ = C1k2 sinh(kx), maka diperoleh hubungan:

Seperti pada contoh sebelumnya, PD ini juga terpenuhi untuk y = C2 cosh(kx), sehingga solusi dari PD ke-tiga ialah y = C1 sinh(kx) + C2 cosh(kx).

Tentunya, pada penjabaran di atas kita bekerja secara terbalik. Dengan memilih suatu fungsi tertentu sejak awal, kita bangun beberapa bentuk persamaan diferensial yang sesuai. Nah, dalam problem matematis maupun fisis pada umumnya, kita diberikan/memperoleh persamaan diferensial terlebih dahulu. Pemecahan PD adalah memperoleh fungsi yang memenuhi PD terkait. Fungsi yang bila disulihkan ke dalam PD memberikan kesamaan yang tepat disebut solusi dari persamaan diferensial.

Persamaan diferensial orde satu sebenarnya dapat dengan mudah diperoleh solusinya, antara lain yang memiliki bentuk seperti ini:

Di mana y = y(x) dan a suatu konstanta. Mula-mula, pindahkan a ke ruas sebelah sehingga suku turunan y'=dy/dx berada di ruas tersendiri.

Sekarang, operator dx dapat dipindahkan ke ruas sebelah sehingga menjadi integran.

Dengan mudah dapat diperoleh solusi y = ax + C. Jadi, pada dasarnya kita ingin mengumpulkan antara fungsi dan integrannya (y dan dy) pada satu ruas serta variabel dan integrannya (x dan dx) pada ruas yang lainnya agar kita dapat mengintegralkan keduanya. Dengan pembuktiaan terbalik (seperti metode sebelum-sebelumnya), jelaslah bila y = ax + C maka y’ = a, sehingga y’ – a = 0.

Sekarang kita akan mencoba menyelesaikan PD yang agak lebih rumit. Misalkan kita akan mencari solusi dari PD 4y’ – sin x = 2x.



Hore!!! Kita dapat deh solusinya. Solusi seperti itu dinamakan solusi umum, karena menyisakan suatu konstanta (C) yang tidak kita ketahui nilainya. Nilai dari koefisien C dapat diperoleh melalui syarat-syarat batas. Misalkan diberikan syarat batas y(0) = 5. Dengan menyulihkan nilai x = 0 pada solusi umum di atas, didapatkan,

Didapatkan C = 21/4 sehingga diperoleh solusi khusus .

Oke, saya berikan satu contoh terakhir,

Pertama-tama, faktorkan ruas kanan (hingga hanya terdapat satu suku y) kemudian kirim semua y ke ruas kiri dan x ke ruas kanan.


Akhirnya, didapatkan solusi

dengan adalah suatu tetapan.


Secara umum, PD linear orde-1 dapatlah dinyatakan dalam bentuk umum berikut,



Di sini, kita akan mencari formulasi umum untuk memperoleh solusi dari PD linear orde-1. Mula-mula, kedua ruas dikalikan dengan eP(x) dx sehingga



Perhatikan bahwa ruas kiri merupakan turunan dari yeP(x) dx sehingga



Akhirnya, kita peroleh formulasi untuk solusi dari PD linear orde-1


Demikianlah pengantar dari pengantar persamaan diferensial ini. Setelah memahami konsepnya tentunya buku teks matematika di meja Anda akan terasa lebih menyenangkan untuk dipelajari.



Selengkapnya...

Minggu, 09 September 2012

Paradoks Senter

Masih ingat dengan teori relativitas khusus? Dalam TRK Einstein mempostulatkan bahwa kelajuan maksimal suatu isyarat (yakni kecepatan cahaya dalam ruang hampa) bernilai tetap, tidak bergantung pada kerangka acuan yang digunakan (invarian). Dari postulat ini diperoleh rumusan kelajuan relatif dua buah benda yang bergerak sejajar ialah



Tentunya hal ini memberikan implikasi bahwa jika suatu partikel bergerak dengan kelajuan c, dan partikel lain juga bergerakdengan kelajuan c dalam arah yang berlawanan, maka kelajuan relatifnya bukan 2c, melainkan c! Sekarang mari kita saksikan paradoks berikut ini.



Misalkan terdapat dua buah senter yang berhadapan, yakni senter A dan senter B yang relatif diam satu sama lain dengan jarak x. Jika kedua senter secara bersamaan dinyalakan, senter A memancarkan foton a yang memiliki kecepatan c ke arah kanan (+c) dan senter B memancarkan foton b yang memiliki kecepatan c ke arah kiri (-c). Pertanyaannya adalah, di manakah kedua foton itu berpapasan?

Foton a dapat beranggapan dirinya diam dan foton b bergerak mendekatinya dengan kecepatan . Karena foton a juga bergerak ke arah senter B yang diam, maka ia juga akan melihat senter B bergerak mendekatinya dengan kecepatan . Jadi menurut foton a, foton b dan senter B sama-sama bergerak mendekati dirinya dengan kecepatan –c. Karena sebenarnya foton a-lah yang bergerak ke arah senter B, maka menurutnya ia akan bertemu foton b di saat yang sama dengan ia bertemu senter B, dengan kata lain kedua foton akan berpapasan di senter B.

Foton b dapat beranggapan bahwa dirinyalah yang diam, dan foton a bergerak menuju dirinya dengan kecepatan , dan senter A juga bergerak menuju dirinya dengan kecepatan . Jadi, menurut foton b, ia akan bertemu dengan foton a di saat yang sama dengan ia bertemu senter A. Dengan kata lain, kedua foton akan bertemu di senter A.

Menurut seorang penjual nasi goreng yang duduk diam melihat melihat fenomena ini, foton a dan b memiliki kecepatan yang sama tetapi berlawanan, sehingga secara logis kedua foton akan bertemu di titik tengah antara kedua senter.

Bagaimana? Di manakah kedua foton akan berpapasan? Siapakah yang benar? Oke, silakan coba memecahkannya.



Selengkapnya...

Olimpiade Sains Nasional 2012 dan Cerminan Pendidikan di Indonesia

Bulan lalu saya diberi kepercayaan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan untuk mengajar peserta pembinaan OSN bidang astronomi. Pesertanya ialah siswa-siswi yang lolos seleksi provinsi yang kemudian akan melanjutkan kompetisisi di tingkat nasional. Karena itu, murid bimbingan saya cuma ada dua, tetapi salah satunya lebih memilih pelatihan dari bimbel khusus OSN. Praktis, terciptalah kelas romantis antara saya dan murid saya dari SMAN 17 Makassar, Arham Zainal Junaid. Puji syukur, ternyata murid sayalah yang berhasil memperoleh medali, yakni medali perunggu. Saat murid saya mengirimkan pesan singkat bahwa dia memperoleh medali, tentunya perasaan saya senang dan terharu. Tak puas, saya pun mengecek pengumuman resminya di http://siswapsma.org, dan saya menemukan hasil rekapitulasi perolehan medali tiap-tiap provinsi.



Lihat? Bagi yang mau hitung, silakan hitung standar deviasinya. Terlihat jelas ukuran penyebaran datanya sangat besar, sangat tidak merata. Tentunya sering kita mendengar berita mengenai sekolah-sekolah miskin di Indonesia. Tapi sekolah miskin ini ada di mana saja, dari Jakarta sampai Papua Barat. Tapi ini bukan masalah sekolah miskin, ini masalah kualitas pendidikan! Tentu sangat jelas bahwa yang dikirim oleh tiap-tiap provinsi adalah siswa terbaik, yang telah diberikan fasilitas pembinaan terbaik oleh dinas pendidikan setempat, dan beginilah hasilnya. Data yang tak terelakkan ini menunjukkan kesenjangan kualitas pendidikan (baik pendidik, fasilitas, maupun informasi pengetahuan) yang begitu besar antara daerah Jawa, Sumatera, dan Bali (kecuali Bengkulu, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau) dengan daerah di wilayah timur (lihat Sulteng, Sultra, Sulbar, Gorontalo, Kalsel, Kalbar, NTT, Maluku Utara, Papua Barat). Tidaklah aneh jika memang kualtas di daerah pusat lebih tinggi dari daerah timur, tapi ini sudah ironis namanya.



Selengkapnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Perhatian! Semua tulisan pada blog ini merupakan karya intelektual admin baik dengan atau tanpa literatur, kecuali disebutkan lain. Admin berterima kasih jika ada yang bersedia menyebarkan tulisan-tulisan atau unggahan lain di blog ini dengan tetap mencantumkan sumber artikel. Pemuatan ulang di media online mohon untuk diberikan tautan/link sumber. Segala bentuk plagiasi merupakan pelanggaran hak cipta.