Beberapa minggu yang lalu saat pulang kampus naik angkutan kota sempat mendangar lagu Tuhan Palsu diputar oleh pak sopir. Sepertinya sih dari kaset atau semacamnya, bukan dari radio. Setelah googling sebentar katanya lagu itu dinyanyikan oleh Dajjal band (???). Entahlah, yang jelas berikut lirik lagunya.
Saat mendengarnya, saya cuma senyum-senyum sendiri nyaris seperti orang gila. Penulis lagu tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang disindirnya. Kebanyakan lirik lagunya merupakan anggapan keliru sang penulis lagu terhadap agama yang beliau sindir, jadi wajar kalau saya tertawa. Misalkan ada seorang dari pedalaman melihat Anda menelepon menggunakan ponsel lalu berkata sambil tertawa, “Kamu gila? Masa bicara sendiri sambil nempelin kotak di pelipis?” Saya kira jika itu bakal terjadi Anda pasti bakal senyum-senyum juga, malah bisa-bisa tertawa terbahak-bahak. Well, saya harap orang-orang (yang pernah dengar lagu ini) yang Tuhannya dimaksudkan dalam lagu itu tetap sabar dan tersenyum, anggap saja itu adalah hiburan dalam bentuk tantangan menjalani agama kita masing-masing.
Lalu, setelah berpikir sejenak, dua jenak, tiga jenak, saya teringat kata-kata dari Karl Marx, sang bapak komunis dunia. Beliau memang fenomenal, baik bagi orang yang bermazhab komunis-sosialis sampai liberalis-kapitalis. Dari orang yang menyukai paham komunis minus konsep ketuhanannya hingga yang benar-benar membenci komunis tanpa tahu apa sebenarnya komunis itu. Sederhananya (menurut saya) komunis itu berarti komunal, bersama-sama. Paham untuk mencapai kesejahteraan bersama-sama, dengan memperjuangkan nasib kalangan buruh dan kalangan rendah lainnya. Menolak kesewenang-wenangan, penguasaan, monopoli oleh kaum ber-ada, yakni borjuis liberal. Entah mengapa banyak yang anti komunis tanpa tahu barang sedikit saja tentang komunis, mungkin salah satu kalimat Marx (yang menjadi judul tulisan ini) yang menjadi penyebabnya.
Karl Marx
Banyak orang-orang menerjemahkan kalimat Marx tadi sebagai “Agama adalah candu”. Saya rasa itu tidak benar-benar tepat, oleh karena itu saya sajikan kalimat versi Marx sendiri.
“Die religion… ist das Opium des Volkes”.
Berikut pengertian dari kata-kata berbahasa Jerman di atas.
- Religion : agama, bisa juga berarti keyakinan/kepercayaan spiritual, tapi umumnya ditujukan untuk agama. Agama = keyakinan + ibadah + aturan (akidah).
- Opium : ganja, obat-obatan yang berasal dari daun tumbuhan yang bersifat psiktotropik, dapat digunakan sebagai obat bius/penenang, tetapi bisa disalahgunakan sehingga menimbulkan kecanduan.
- Volkes : orang-orang (peoples), kaum, bisa juga berarti masyarakat atau bangsa.
Saya kira… pendapat Karl Marx di atas memang benar sebatas apa yang termaktub dalam kalimat itu (ndak tau dengan kalimatnya yang lain).
Misalkan saya berkata “Bertani adalah pekerjaan bagi manusia”. Tentunya tidak ada orang “sehat” yang akan mengatakan kalimat saya tadi tidak benar. Tetapi penting meskipun bertani adalah pekerjaan manusia, tetapi tidak berarti semua orang adalah petani. Jadi seperti itulah kita harus mencerna kalimatnya Marx, tidak dikurang-kurangi juga tidak dilebih-lebihkan.
“Kecanduan” seperti itulah yang kiranya dialami oleh sang pembuat lagu. Kecanduan ini umumnya — menurut saya, dialami oleh orang-orang yang belum begitu mendalami ajaran agamanya dengan baik ditambah dengan arogansi dan egoisme kekanak-kanakan, atau mungkin baru mulai mempelajari agama dengan begitu semangatnya. Namun jika kita melihat maestro-maestro berbagai agama, sebut saja Gandhi dan Gus Dur, yang demikian bijaksananya, saya kira agama tidak lagi menjadi candu yang berbahaya, tapi malah menjadi sebuah obat hati, ketenangan yang membahagiakan bagi diri sendiri dan makhluk lain.
Bagaimana dengan kita? Ya, mari memilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar